Anda pernah berkendara di jalan bebas hambatan? Bagaimana rasanya? Boleh dibilang penuh kepastian, karena anda tahu persis kemana tujuan berkendara anda. Mungkin perjalanan hidup Sondang Grace Sirait sampai hari ini, dapat dianalogikan dengan jalan bebas hambatan tersebut. Penyiar termuda Voice of America (VOA), siaran bahasa Indonesia ini, mengayun langkahnya dengan pasti di dunia penyiaran.
Menjadi seorang jurnalis media elektronik televisi adalah cita-cita Sondang - demikian dia biasa disapa - sejak kecil. Ketertarikan Sondang kecil diawali dengan kesukaannya menyaksikan program berita televisi melalui parabola yang ditayangkan CNN Internasional di kota kelahirannya, Ambon.
Salah satu penyiar CNN yang memberikan inspirasi baginya adalah Joie Chen. Menurut Sondang, Joie Chen adalah penyiar wanita keturunan Asia yang cukup terkenal, pada saat belum banyak penyiar dari kelompok minoritas lain di Amerika. Selain Joie Chen, penyiar idola Sondang lainnya adalah Desi Anwar, yang saat itu merupakan penyiar berita di stasiun televisi swasta pertama Indonesia, RCTI. “She is pretty cool”, demikian ujar Sondang ketika ditanya mengapa mengidolakan Desi Anwar, “Gayanya kontemporer dan sangat mewakili generasi yang lebih muda”, tambahnya lagi.
Agar dapat mengikuti jejak kedua idolanya, Sondang memilih jurusan Komunikasi Massa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 2000. Untuk lebih memperdalam pengetahuannya di bidang penyiaran, Sondang yang memiliki hobi korespondensi, melanjutkan sekolahnya di Medill School of Journalism, Northwestern University, Evanston, Illinois.
Sebelum lulus pada bulan Juni 2002 sebagai Master of Science dalam bidang Broadcast Journalism, penggemar berat film, termasuk film India ini, sempat bekerja magang di 2 institusi sekaligus, yaitu di washingtonpost.com dan WCAX, sebuah stasiun televisi afiliasi CBS. Peluang kerja magang yang diperoleh dari sekolahnya inilah, yang membawa Sondang Sirait dari Evanston ke Washington, D.C. Di washingtonpost.com, sebuah surat kabar on line terkemuka, Sondang bertugas sebagai reporter untuk rubrik On Politics, sementara di WCAX, dia bekerja sebagai koresponden Washington untuk televisi yang mengudara di Burlington, Vermont.
Membandingkan kerja magang di Amerika dengan di Indonesia, Sondang yang pernah magang di majalah Panji Masyarakat dan harian Merdeka di Jakarta, mengatakan, dia merasa lebih diperlakukan sebagai mahasiswa sewaktu magang di Jakarta. Sementara di Amerika, seorang pekerja magang dituntut untuk memberikan kontribusi yang sama dengan karyawan lainnya. “Saya juga banyak belajar hal-hal lokal yang sangat Amerika bagi orang Indonesia di kedua tempat magang tersebut”, tutur Sondang lebih lanjut mengenai pengalaman magangnya.
Setelah magang selama 3 bulan, per 1 Juli 2002, Sondang bergabung dengan VOA. Pekerjaan Sondang di VOA antara lain adalah sebagai produser pelaksana, penyiar pendamping dan reporter acara “Dunia Kita”, sebuah majalah udara televisi mingguan yang disiarkan oleh Metro TV. Selain itu, dia juga menyiarkan beberapa program radio, seperti infotainment, How Do You Say That, seri fashion dan Amerika Kini. Pekerjaan lainnya adalah menulis artikel untuk VOA E-mail Direct, sebuah newsletter elektronik mingguan VOA seksi Indonesia. Sondang mengaku belajar banyak mengenai media lain selain televisi di VOA ini. “Terjadi diversifikasi wawasan mengenai media”, demikian ujarnya.
Ingin tetap konsisten di jalur yang telah ditempuhnya, Sondang Sirait bercita-cita meneruskan karir sebagai jurnalis televisi setelah kembali ke tanah air nantinya. Meskipun punya kebiasaan menyetir tanpa tujuan, baik di Jakarta atau di Washington, D.C., semoga saja ‘jalan bebas hambatan’ yang sedang dilalui Sondang akan membawanya ke tempat yang dituju.
Oleh: Nia Sutadi