Tautan-tautan Akses

Umat Islam di Amerika Setelah Serangan Teroris 11 September - 2001-10-05


Salah satu dampak serangan teroris tanggal 11 September yang lalu terhadap umat Islam dan warga Amerika keturunan Arab adalah meningkatnya apa yang disebut "profiling." Profiling adalah tindakan untuk mencurigai seseorang hanya karena etnisitas atau rasnya. Profiling menjadi perhatian besar Hussein Ibish, Direktur Komunikasi Komite Anti Diskriminasi Warga Amerika Keturunan Arab, disingkat ADC. Selama dua dasawarsa ini, ADC yang berkantor pusat di Washington memantau status hak sipil warga Amerika keturunan Arab. Ibish mengatakan bahkan sebelum serangan 11 September, melakukan profiling terhadap warga Amerika keturunan Arab, terutama di pelabuhan-pelabuhan udara, biasa dilakukan oleh penguasa Amerika. Ia mengatakan: "Meskipun kebijakan resmi mengatakan orang tidak boleh dicurigai hanya karena etnisitas dan ras mereka, tetapi kenyataannya para penguasa itu menyatakan secara terbuka kepada para wartawan dan lainnya, bahwa ya, kami melakukan profiling. Sejak dilancarkannya sistem profiling pada tahun 1996, ribuan warga Amerika keturunan Arab menjadi sasaran hanya karena etnisitas dan ras mereka, kaktanya untuk keamanan. Hampir semua warga Amerika keturunan Arab sudah mengalami perlakuan seperti ini. Meskipun demikian tidak pernah ada hasil yang menunjukkan ada seseorang dari mereka yang benar-benar menjadi ancaman bagi keamanan pelabuhan udara atau pesawat terbang."

Meskipun demikian, beberapa ahli kontra-teroris mendukung dilakukannya profiling terhadap orang-orang keturunan Timur Tengah dalam rangka memerangi terorisme ini. Dr. Neil Livingstone adalah direktur eksekutif Global Options, sebuah perusahaan manajemen risiko internasional yang berkantor di Washington, DC dan penulis sembilan buku mengenai teror. Ia mengatakan: "Ada orang-orang yang berpotensi menjadi penyerang sekarang ini - semuanya keturunan Timur Tengah. Terus terang, saya tidak mengerti mengapa banyak organisasi yang tidak menunjukkan solidaritas terhadap upaya untuk menangkap penyerang-penyerang dan menyelesaikan masalah ini dan mereka hanya mengatakan tidak senang karena harus merasakan sedikit kurang enak ketika diperiksa dan sebagainya."

Tetapi Dr. Livinstone membuat perbedaan antara memeriksa seseorang yang cocok dengan profile tertentu, dan menangkap atau menahan seseorang tanpa bukti yang kuat. Ia mengatakan: "Kita tidak berbicara tentang penangkapan orang atau penahanan mereka hanya atas dasar etnisitas mereka, yang kami maksud adalah orang-orang itu harus disoroti lebih dari orang-orang lain. Dan itulah kenyataan hidup."

Hussein Ibish dari ADC tidak sependapat bahwa melakukan profiling terhadap warga Amerika keturunan Arab akan efektif. Ia mengatakan kekerasan politik melampaui geografi, agama dan nasionalitas. Ia mengatakan: "Dan orang-orang Amerika sekarang ini tampaknya merasa bahwa kejahatan yang disertai kekerasan, terutama kejahatan yang bermotif politik terutama dilakukan oleh orang-orang Arab atau Muslim dan saya kira itu tidak benar. Saya kira kita harus mengingatkan diri kita sendiri akan peristiwa-peristiwa beberapa tahun yang lalu yang melibatkan McVeigh, Konsinski, Unibomber, Rudolph, pembom di Olimpiade Atlantik, pusat-pusat aborsi dan tempat-tempat disko kaum gay. Mungkin tingkat kegawatannya berlain-lainan, tetapi itu semua mengingatkan kita bahwa kekerasan politik dan terorisme dapat datang dari kelompok mana saja."

Demikian tadi pendapat Hussein Ibish dari Komite Anti Diskriminasi warga Amerika keturunan Arab. Dr. Zahid Bukhari dari Universitas Georgetown, berasal dari Pakistan, dan direktur lembaga yang melakukan pengkajian jangka panjang mengenai partisipasi kemasyarakatan warga Muslim yang tinggal di Amerika. Sebagian besar warga Muslim di Amerika adalah keturunan Asia Selatan dan Afro-Amerika. Dr. Bukhari mengatakan serangan teroris baru-baru ini menimbulkan ketakutan di masyarakat Muslim tetapi juga telah menimbulkan tindakan-tindakan yang menunjukkan kebaikan hati banyak warga non Muslim. Ia menjelaskan: "Masalahnya adalah peristiwa yang terjadi baru-baru ini begitu mengerikan sehingga timbul reaksi yang menakutkan komunitas Muslim di Amerika. Ada persepsi bahwa sesuatu yang sangat buruk bakal terjadi dan hal itu akan terjadi di sekitar pusat-pusat kegiatan Islam. Memang ada beberapa kasus serangan terhadap masjid-masjid. Tetapi yang penting diingat adalah bahwa memang ada tindakan profiling, terutama kalau Anda akan bepergian dengan pesawat terbang. Tetapi yang tak terduga-duga setelah terjadi tragedi ini adalah bahwa komunitas Muslim menerima banyak perlakuan yang positif. Saya rasa ini sangat jelas ditunjukkan dariv Presiden Bush sampai ke mentri-mentri kabinetnya dan Kongres Amerika."

Presiden Bush menggaris-bawahi dalam beberapa kesempatan bahwa perang yang dilancarkan oleh pemerintahannya terhadap terorisme bukanlah perang terhadap Islam. Hanya beberapa hari setelah serangan itu, Presiden Bush menegaskan pesannya itu dengan secara simbolis mengunjungi Islamic Center di Washington. Di masjid agung itu Bush mengatakan: "Wajah teror bukanlah wajah Islam yang sejati. Itu bukanlah ajaran Islam. Islam adalah perdamaian. Teroris-teroris ini tidak mewakili perdamaian - mereka mewakili kejahatan bahkan lebih buruk dari itu. Islam adalah agama yang memberikan kepuasan batin kepada milyaran manusia di dunia. Di Amerika sendiri banyak terdapat orang-orang Islam."

Dr. Bukhari mengatakan pernyataan Presiden Bush itu sesuai dengan pandangan umat Islam baik di Amerika maupun di negara-negara lain. Ia mengatakan: "Saya rasa pernyataan Presiden Bush itu mempunyai dampak positif pada komunitas Muslim tidak saja di Amerika, tetapi di seluruh dunia. Setidak-tidaknya Presiden Bush menegaskan bahwa perang melawan terorisme yang akan berlangsung lama itu bukanlah perang melawan Islam."

Hassan Jabir adalah Wakil Direktur organisasi bernama ACCESS, sebuah organisasi sosial yang melayani masyarakat Amerika keturunan Arab di Dearbon, Michigan. Dearborn dan daerah di sekitarnya dikenal sebagai daerah komunitas Arab terbesar di luar Timur Tengah. Ia mengatakan masyarakat Amerika keturunan Arab merasa menjadi sasaran karena etnisitas mereka, padahal mereka tidak mempunyai sangkut paut dengan serangan teroris itu, bahkan mereka pun merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh warga Amerika lainnya.

Untunglah, dengan penegasan yang terus-menerus dilakukan oleh pemerintah Amerika bahwa perang ini bukan perang melawan Islam, bahkan banyak pula tulisan-tulisan di media yang mengemukakan bahwa Islam adalah agama perdamaian, umat Islam di Amerika sekarang merasa jauh lebih tenang daripada keadaannya beberapa pekan yang lalu.

XS
SM
MD
LG