Hampir 20 tahun yang lalu, Presiden Ronald Reagan mengusulkan dibangunnya sebuah sistem pertahanan anti-misil Amerika yang kontroversial. Sistem itu disebut Strategic Defense Initiative, disingkat SDI, tapi kemudian lebih dikenal dengan nama sistem pertahanan Star Wars, atau sistem pertahanan Perang Bintang, karena sangat mirip dengan perangkat senjata laser yang dipergunakan dalam film sains-fiksi Star Wars.
Kalau sempat dijelmakan dalam praktek, sistem pertahanan itu katanya akan dapat menghancurkan misil-misil nuklir yang diluncurkan pihak lawan ke arah Amerika, hanya beberapa saat setelah diluncurkan.
Untuk itu, dibayangkan sebuah jaringan pesawat antariksa atau satelit yang mengorbit bumi, yang akan terus mengamati kalau-kalau ada roket atau misil yang diluncurkan dan kemungkinan ditujukan ke sasaran-sasaran di Amerika. Kalau itu terjadi, sebuah senjata sinar laser yang sangat kuat akan ditembakkan kearah misil yang baru diluncurkan itu, dan menghancurkannya sekaligus, sebelum sempat mendekat ke daratan Amerika.
Tapi, setelah menghabiskan dana puluhan milyar dollar untuk riset, sistem pertahanan SDI ahirnya dihentikan oleh Presiden Clinton, karena dianggap tidak praktis dan teknologinya belum ada.
Pemerintah Amerika pimpinan Presiden Bush agaknya ingin menghidupkan lagi sistem pertahanan anti-misil ini; walaupun bentuknya yang pasti masih belum diketahui. Kata Frank Gaffney, pejabat Center for Security Policy, sebuah lembaga riset, kalau saja pemerintahan Clinton tidak menghentikan riset senjata antariksa itu, kemungkinan besar Amerika sekarang sudah punya sistem pertahanan anti-misil yang canggih.
Kata Presiden Bush, sistem pertahanan anti-misil yang akan dibangun itu diperlukan untuk melindungi bangsa Amerika dan sekutu-sekutu Amerika dari kemungkinan serangan yang dilancarkan oleh sejumlah negara yang dianggapnya sebagai negara jahat.
Tapi pemerintah Russia dan sejumlah negara sekutu Amerika justru menolak rancangan itu dengan mengatakan bahwa sistem pertahanan seperti itu hanya akan menghidupkan kembali perlombaan senjata nuklir yang telah terhenti dengan berakhirnya Perang Dingin, ketika pemerintahan komunis Uni Soviet dan sekutu-sekutunya bubar.
Kata majalah sains Popular Mechanics, sistem pertahanan anti-misil yang menggunakan senjata sinar laser, sebetulnya bisa dikembangkan dengan cepat dengan menggunakan teknologi yang sudah ada. Seperti pesawat ulang-alik Columbia, yang pertama kali diluncurkan ke antariksa 20 tahun yang lalu, tapi sekarang tidak dipakai lagi karena dianggap terlalu berat bobotnya.
Columbia bisa dimanfaatkan dengan menggabungkannya dengan sistem senjata laser yang disebut THEL, singkatan 'Tactical High Energy Laser', yang tadinya dirancang untuk melindungi kawasan permukiman Yahudi dari kemungkinan serangan roket Katyusha buatan Russia yang katanya dimiliki oleh kelompok Hizbullah yang dulu berpangkal di Libanon Selatan.
Tapi, walaupun telah dinyatakan sukses dalam percobaan di lapangan tembak di negara bagian New Mexico, THEL tidak jadi dikirim ke Israel. Kata para pakar, kalau digunakan di ruang angkasa, dimana tidak ada atmosfir, senjata sinar laser keampuhannya lebih hebat lagi.
Kalau pemerintahan Bush terus bertekad membangun sistem pertahanan anti-misilnya, kata majalah Popular Mechanics, gabungan pesawat ulang-alik Columbia dan senjata laser THEL bisa dengan cepat menjadi kenyataan dalam waktu singkat.
Para pengecam mengatakan, sistem pertahanan yang dibayangkan oleh pemerintahan Bush itu akan menghabiskan ratusan milyar dollar, tapi para pendukungnya mengatakan, sistem itu kemungkinan hanya akan membutuhkan puluhan milyar dollar saja.