Tautan-tautan Akses

Andijon Tenang Tapi Sebagian Kota Ditutup


Kota Andijon di Uzbekistan bagian barat hari Minggu tenang, setelah terjadi kekerasan dua hari antara tentara dan demonstran anti-pemerintah. Namun ada laporan mengenai bentrokan baru antara kawanan bersenjata dan tentara di wilayah dekat perbatasan dengan Kyrgyzstan. Beberapa orang tentara kabarnya tewas dalam bentrokan itu.

Tentara Uzbekistan menutup sebagian Andijon, membuat warga setempat terpaksa tinggal di rumah. Namun ada juga penduduk yang keluar untuk mencari sanak saudara yang hilang, atau menguburkan mereka yang tewas.

Perkiraan mengenai jumlah korban berbeda-beda. Menurut banyak saksi mata, ratusan orang tewas ketika tentara Uzbekistan menembaki para demonstran yang tidak bersenjata, hari Jumat.

Presiden Islam Karimov mengatakan, hanya sejumlah kecil demonstran tewas, dan menekankan bahwa tentara diperintahkan untuk tidak menembak perempuan dan anak-anak. Ia mengatakan, kerusuhan didalangi kaum Muslim radikal yang ingin menggulingkan pemerintah.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Jack Straw mengecam tindakan keras pemerintah Uzbekistan terhadap para demonstran di kota Andijon. Berbicara melalui BBC hari Minggu, Menteri Straw mengatakan, jelas ada pelanggaran hak asasi, dan ia mendesak agar para pejabat Uzbekistan mengizinkan pengamat asing dan kelompok bantuan internasional seperti Palang Merah meneliti situasi.

Kantor berita Associated Press mengatakan, pernyataan Departemen Luar Negeri Uzbekistan mengatakan, komentar Menteri Straw itu salah informasi. Sementara itu, Menlu Rusia Sergei Lavrov menyalahkan ekstremis regional, termasuk Taliban dari Afghanistan, sebagai dalang kekerasan itu. Tetapi organisasi hak asasi Human Rights Watch yang berkedudukan di New York berpendapat, tentara Uzbekistan tidak boleh menggunakan perang melawan teror sebagai dalih untuk menembaki demonstran yang memprotes kemiskinan dan penindasan.

XS
SM
MD
LG