Tautan-tautan Akses

Usung Indonesia Unggul, Dino Mantap Ikut Konvensi Demokrat


Dubes RI untuk AS, Dino Patti Djalal memberikan presentasi dalam acara "Satu Jam Bersama Dino Patti Djalal: Enam Jurus Sakti Indonesia Unggul di Abad-21", di Jakarta, Rabu malam 18/9 (foto: Alina/VOA)
Dubes RI untuk AS, Dino Patti Djalal memberikan presentasi dalam acara "Satu Jam Bersama Dino Patti Djalal: Enam Jurus Sakti Indonesia Unggul di Abad-21", di Jakarta, Rabu malam 18/9 (foto: Alina/VOA)

Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal, mengusung konsep "Indonesia Unggul" sebagai slogan kampanye dalam konvensi calon presiden Partai Demokrat.

Konsep itu diperkenalkan Dino dalam acara "Satu Jam Bersama Dino Patti Djalal: Enam Jurus Sakti Indonesia Unggul di Abad-21", di Jakarta, Rabu (18/9).

“Saya perlu menjelaskan kepada teman-teman yang tahu saya, masyarakat yang tahu saya, dan yang merasa memiliki saya untuk menjelaskan mengapa saya melakukan ini,” papar Dino.

Dino Patti Djalal merupakan salah satu peserta konvensi calon presiden dari Partai Demokrat. Keikutsertaan putra diplomat senior Hasjim Djalal itu cukup mengejutkan banyak pihak mengingat selama ini ia dikenal sebagai diplomat muda dengan karier cerah.

“Ini bukan soal kalah dan menang tetapi saya datang dengan ikhlas dengan tujuan yang baik yaitu untuk mengubah mindset, menajamkan semangat, visi dan bobot dari mereka yang ingin menjadi para pemimpin generasi berikutnya di Indonesia,” tambahnya.

Adapun 6 (enam) jurus sakti yang diperkenalkan oleh Dino yakni nasionalisme unggul, internasionalisme unggul, sistem pemerintahan yang mengacu pada kemampuan (meritokrasi), regulasi yang mendukung, pendidikan dan inovasi serta kepemimpinan.

Dengan keikutsertaan sebagai peserta konvensi Demokrat, karier sebagai diplomat Dino pun akan berakhir karena ia juga telah mengajukan surat pengunduran diri sebagai pegawai negeri sipil di Kementerian Luar Negeri.

Langkah berani Dino memunculkan beragam pandangan. Tidak sedikit pihak menilai keikutsertaan Dino dalam konvensi calon presiden Partai Demokrat lebih karena didorong faktor kedekatan dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku pendiri Partai Demokrat.

Peneliti politik senior LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Siti Zuhro mengatakan, “Kalau dari 11 orang yang ikut konvensi, memang terlihat sekali faktor bahwa Pak SBY merasa dekat dengan orang-orang ini. Memang persyaratannya variatif, tetapi ujung-ujungnya kalau di cross-cutting issues dari 11 yang ada memang lebih menonjol pada trust atau kedekatan SBY dengan peserta konvensi. Untuk Dino misalnya yang seorang Duta Besar bisa lompat untuk mencalonkan diri.”

Namun menurut Siti Zuhro, selain kemampuan dan pengalaman, ada persyaratan unik dan khusus yang harus dimiliki untuk menjadi pemimpin di Indonesia.

“Kita tidak mengkhawatirkan dan tidak meragukan Pak Dino, He is a smart person. Tetapi untuk menjadi pemimpin Indonesia, siapa pun ya, ini bukan berarti menyumbat yang muda, karena yang muda bagus untuk suksesi dan regenerasi. Tetapi untuk menjadi pemimpin di Indonesia, apalagi saat di mana kita menghadapi bencana korupsi, maka dibutuhkan sosok yang benar-benar tough, sosok yang sungguh-sungguh mau mengabdi dan sungguh-sungguh mampu mengatakan bahwa ia sudah selesai dengan dirinya dan ia akan mengabdikan diri sepenuhnya untuk negara.”

Mantan juru bicara terlama Presiden SBY itu juga mengungkapkan pengalaman dirinya yang pernah menjadi pencuci piring di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC, Amerika Serikat, pada saat ayahnya berkarier sebagai diplomat di sana.

"Ketika saya menjadi Duta Besar RI untuk Amerika Serikat pada akhir 2010, satu cerita favorit yang berulang-ulang saya sampaikan dalam pidato-pidato saya adalah bahwa 30 tahun lalu, saya memulai karier sebagai tukang cuci piring, di mana saya sekarang menjadi Dubes," demikian ungkap Dino dalam buku "Dino Patti Djalal: Dari Tukang Cuci Piring di KBRI Washington DC, Menjadi Duta Besar RI di Gedung yang sama."

Recommended

XS
SM
MD
LG