Tautan-tautan Akses

Umat Kristen Mesir Rayakan Natal di Tengah Ketakutan akan Masa Depan


Pemberkatan Natal di gereja di Mesir. (Foto: Dok)
Pemberkatan Natal di gereja di Mesir. (Foto: Dok)

Umat Kristen di Mesir merayakan Natal di tengah kekhawatiran akan kegentingan situasi mereka dengan makin menonjolnya peran kaum Islamis.

Seleem Wassaf dan keluarganya melakukan tradisi tahunan menghiasi pohon Natal. Namun, menurutnya, kegembiraan Natal bagi umat Kristen di Mesir sepertinya dibayangi kekhawatiran.

“Saat ini ada ketakutan bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi,” ujar Wassaf.

Istri Wassaf, Hela, seorang manajer bank, memakai baju hangat dan bros bertema Natal, namun hatinya tidak seperti dulu. Hela mengatakan umat Kristen Mesir sekarang berdoa lebih banyak dan tidak terlalu heboh dengan perayaan Natal tahun ini. Ia khawatir dan takut akan masa depannya sebagai perempuan Kristen yang bekerja di Mesir.
Perasaan itu dimiliki banyak umat Kristen di Mesir yang jumlahnya mencapai delapan juta orang, atau 10 persen populasi. Keluarga Wassaf merupakan minoritas di dalam minoritas. Mereka adalah di antara 1.000 anggota Gereja Anglikan di Mesir.

Sebagian besar umat Kristen Mesir adalah Koptik Ortodoks, yang merupakan komunitas Kristen terbesar di dunia Arab. Pemilihan Paus Koptik baru November lalu menarik perhatian dunia.

Rancangan konstitusi Mesir yang baru menjamin hak-hak umat Kristen di negara tersebut, namun banyak yang tetap khawatir, menurut Youssef Sidhom, editor dari surat kabar mingguan Coptic.

“Jelas bahwa Mesir terus diseret ke arah Islam politis. Dan Islam politis merupakan arena politis di Mesir yang tidak menyembunyikan niatnya untuk mendirikan negara Islam,” ujar Sidhom.

Kelompok Islamis di Mesir telah mendemonstrasikan kekuasaan mereka di jalan dan di tempat pemungutan suara.

Kebangkitan mereka membuat khawatir anak perempuan Seleem Wassaf, Sara, seorang mahasiswi tingkat akhir.

“Sulit sekali. Saya takut ketika mendengar mereka ingin membatasi peran dan pekerjaan perempuan. Terkadang saya merasa jika hal tersebut berlaku, saya tidak dapat bekerja lagi, atau saya tidak dapat kuliah dan meneruskan pendidikan saya. Saya sangat, sangat takut. Saya tidak berhenti berpikir dan menjadi manusia normal,” ujar Sara.

Namun Sara merasa berbesar hati karena beberapa teman kuliahnya datang ke konser Natalnya tahun ini untuk pertama kalinya. Tanda-tanda seperti inilah yang ia doakan.

“Kami terus berdoa untuk hubungan seperti ini di antara kami dan umat Muslim dan bahwa akan ada perdamaian,” ujar Sara.
XS
SM
MD
LG