Tautan-tautan Akses

Turki Nilai Taktik Rusia di Suriah sebagai “Pembersihan Etnis”


Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu (kanan) dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte di Den Haag, Belanda, 10 Februari 2016.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu (kanan) dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte di Den Haag, Belanda, 10 Februari 2016.

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu hari Rabu (10/2) mengecam Dewan Keamanan PBB dan masyarakat internasional karena gagal menghentikan serangan udara Rusia terhadap kota Aleppo dan beberapa bagian utara Suriah lainnya, namun menuntut Turki untuk membuka perbatasannya bagi puluhan ribu pengungsi.

Davutoglu mengatakan adalah suatu "sikap hipokrit" untuk menekan Turki agar menampung membludaknya arus pengungsi perang, sementara "tidak seorang pun berani mengatakan kepada Rusia untuk menghentikan" serangan mereka terhadap daerah-daerah warga sipil.

Berbicara di Den Haag dalam konferensi pers perdana menteri Belanda, Davutoglu menuduh pemerintah Suriah dan sekutunya, Rusia, melancarkan kebijakan "pembersihan etnis" terang-terangan di Aleppo dan sekitarnya, mengusir semua orang yang menentang pemerintah Presiden Bashar Al Assad.

Operasi Rusia-Suriah yang ditingkatkan di sekitar Aleppo telah memaksa puluhan ribu orang melarikan diri ke arah Turki. Davutoglu mengatakan Turki tidak menutup pintu-pintu perbatasannya bagi korban perang, tetapi prioritasnya adalah menyediakan bantuan bagi orang di kamp-kamp pengungsi di dalam Suriah.

Perdana Menteri Turki itu mengatakan pesawat-pesawat tempur Rusia telah menghancurkan kamp-kamp pengungsi di wilayah Suriah yang pembangunannya dibantu oleh pemerintah Turki, demikian pula koridor kemanusiaan yang menghubungkan perbatasan Turki dan Aleppo.

Dalam perkembangan lain, Dewan Keamanan PBB telah mengatakan rapat tertutup tentang meningkatnya krisis kemanusiaan di Suriah.

Kelompok pemantau HAM Suriah yang berkantor di Inggris, yang mengumpulkan data dari beragam faksi pemberontak di Suriah, hari Rabu mengatakan bahwa serangan udara Rusia baru-baru ini telah menewaskan sedikitnya 500 orang. [em/ds]

XS
SM
MD
LG