Tautan-tautan Akses

TNI Polri: Kelompok Santoso dalam Posisi Terjepit Akibat Operasi Tinombala 2016


Pengamanan oleh Aparat Brimob di depan Polsek Poso Pesisir Selatan pasca peristiwa kontak tembak antara TNI Polri dengan dua pelaku jaringan Santoso, 9 Februari 2016 (Foto: VOA/Yoanes)
Pengamanan oleh Aparat Brimob di depan Polsek Poso Pesisir Selatan pasca peristiwa kontak tembak antara TNI Polri dengan dua pelaku jaringan Santoso, 9 Februari 2016 (Foto: VOA/Yoanes)

Aparat keamanan dalam Operasi Tinombala 2016 menilai kelompok teroris Santoso di Poso Sulawesi Tengah sudah dalam kondisi terjepit dan kelaparan.

TNI-Polri dalam operasi Tinombala 2016 berkesimpulan kelompok teroris Santoso kini dalam kondisi terjepit dan kelaparan, setelah terus diburu oleh sekitar 2.000 personel TNI-Polri yang diterjunkan dalam operasi Tinombala. Operasi yang digelar sejak 10 Januari 2016 ini, merupakan kelanjutan dari operasi Camar Maleo IV.

Kepala Operasi Daerah Tinombala 2016 Kombes Leo Bona Lubis yang juga merupakan Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dalam pernyataan di Mapolres Poso (10/2) mengatakan upaya kelompok Santoso untuk mencari pasokan logistik ke dalam desa Sangginora pada 9 Februari mengindikasikan bahwa kelompok itu semakin kesulitan mendapatkan bahan makanan.

Upaya tersebut juga mengindikasikan bahwa kelompok itu juga kini dalam kondisi sangat kelaparan di hutan pegunungan yang selama ini menjadi tempat pergerakan dan sekaligus persembunyian kelompok itu.

“Sementara kesimpulan begini, mereka ini sekarang dalam kondisi terjepit di hutan, sepanjang hutan pegunungan di daerah Poso. Kemudian mereka sudah sangat kelaparan, akhirnya berusaha mencari jalan atau daerah-daerah yang memungkinkan mereka turun. Nah kebetulan, mereka mencegat salah satu masyarakat yang biasa berdagang sayur, mobilnya disita, kemudian barang barangnya diturunkan, kemudian dengan mobil ini mereka berbelanja ke Sangginora," kata Kepala Operasi Daerah Tinombala 2016, Kombes Leo Bona Lubis.

Polisi pada 10 Februari 2016 memperlihatkan barang bukti sembako yang dibeli dua anggota jaringan kelompok Teroris Santoso di desa Sangginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan (Foto: VOA/Yoanes)
Polisi pada 10 Februari 2016 memperlihatkan barang bukti sembako yang dibeli dua anggota jaringan kelompok Teroris Santoso di desa Sangginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan (Foto: VOA/Yoanes)

Pada Selasa, 9 Februari 2016 kelompok Santoso yang sudah kelaparan itu berupaya turun ke lokasi yang memungkinkan dan kemudian merampas sebuah mobil jenis pick-up di antara desa Sangginora dan desa Hai di Kecamatan Poso Pesisir Selatan.

Dengan mengendarai mobil pick-up rampasan itu dua orang anggota kelompok jaringan Santoso kemudian turun ke desa Sangginora untuk membeli sembako yang di antaranya berupa lima karung beras, satu karung terigu, tiga lusin telur ayam, makanan ringan dan dua jerigen minyak goreng.

Namun keberadaan dua orang anggota jaringan Santoso itu tercium oleh aparat TNI-Polri di desa Dewua, yang mendatangi lokasi namun berujung pada kontak tembak yang menewaskan seorang anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah serta kedua orang teduga anggota kelompok Santoso tersebut.

“Mendapatkan informasi intelijen kemudian Babin melapor kepada Dan Pos almarhum Brigadir Kepala Anumerta Saputra kemudian dilakukan pengejaran,” imbuh Kombes Leo Bona Lubis.

Upaya aparat keamanan yang terus melakukan patroli serta mendirikan pos-pos keamanan di desa-desa yang berbatasan dengan hutan pegunungan di wilayah Poso Pesisir, Poso Pesisir Utara, Poso Pesisir Selatan dan Lore Timur serta Sausu di Kabupaten Parigi Moutong itu, semakin menekan kelompok Santoso untuk terus menghindari pengejaran oleh aparat keamanan TNI-Polri.

TNI-Polri menyakini bahwa tanpa dukungan, khususnya berupa bahan makanan, kelompok Santoso pada akhirnya akan menyerah pada aparat keamanan. TNI-Polri mengharapkan warga masyarakat di sekitar hutan pegunungan tidak memberikan pasokan bahan logistik kepada kelompok itu. [yl/lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG