Tautan-tautan Akses

Sudan dan Sudan Selatan Tandatangani Pakta Non-Agresi


Presiden Sudan selatan Salva Kiir (kiri) dan Presiden Sudan Omar al-Bashir menyepakati persetujuan keamanan (foto: dok).
Presiden Sudan selatan Salva Kiir (kiri) dan Presiden Sudan Omar al-Bashir menyepakati persetujuan keamanan (foto: dok).

Sudan dan Sudan Selatan menandatangani persetujuan keamanan untuk meredakan ketegangan, yang telah mendorong kedua presiden negara-negara itu berbicara tentang kemungkinan perang.

Dalam upacara yang diadakan secara mendadak pada tengah malam, para petinggi intelijen Sudan dan Sudan Selatan hari Jumat menandatangani apa yang disebut juru runding Uni Afrika, Thabo Mbeki, “Pakta Non-Agresi.”

Ia mengatakan, “Pakta itu menetapkan berbagai prinsip yang akan memberi pedoman hubungan antara kedua negara itu, dalam mana kedua negara berjanji akan bekerja sama dan tidak akan melakukan serangan.”

Perjanjian itu ditandatangani pada malam hari pertama rangkaian pembicaraan seminggu lamanya yang dimediasi Uni Afrika mengenai isu-isu yang mengakibatkan ketegangan di antara kedua negara bertetangga itu mencapai titik didih.

Perselisihan utama adalah mengenai pembagian hasil minyak. Minyak merupakan sumber utama perekonomian kedua negara.

Sudan Selatan yang tidak memiliki pelabuhan laut mengambil tiga perempat ekspor minyak ketika merdeka Juli lalu, tetapi minyak itu dialirkan lewat pipa-pipa minyak Sudan, yang juga menguasai fasilitas ekpor yang diperlukan untuk menjual produk itu ke pasar internasional.

Ketegangan memuncak bulan Desember ketika Sudan mencuri tanker-tanker yang memuat minyak mentah Sudan Selatan, dan mulai menjual minyak dari pipa-pipa itu untuk mengganti ongkos pengiriman yang belum dibayar Sudan Selatan.

Sudan Selatan menanggapi dengan menutup pipa-pipa minyak itu. Para pakar menilai penutupan itu merugikan Sudan Selatan 650 juta dolar sebulan, atau 97 persen dari pendapatan keseluruhan negara itu. Tetapi juru runding utama Sudan Selatan menyebut penutupan itu perlu untuk menghentikan pencurian minyak oleh Sudan.

Selagi ketegangan meningkat, kedua negara dilaporkan mengirim sejumlah besar tentara ke sepanjang perbatasan.

Juru runding Uni Afrika Thabo Mbeki, mantan presiden Afrika Selatan, mengatakan pakta non-agresi itu akan membantu meredakan ketegangan dengan menciptakan mekanisme bilateral untuk mengatasi gejolak lintas batas sebelum pecah menjadi perang.

“Ketika masalah ini muncul pada akhir perundingan, pertanyaan ini muncul, jika kedua pihak saling curiga bahwa pihak lainnya membiarkan aksi permusuhan terjadi, apa yang harus kami lakukan? Persetujuan ini merupakan memorandum kesepahaman mengenai tindakan non-agresi dan kerjasama yang serius,” ujar Mbeki.

Mbeki mengatakan kepada VOA, mekanisme untuk menyelesaikan perselisihan akan melibatkan menteri-menteri luar negeri, pertahanan, dan dalam negeri dari kedua negara.

Para diplomat mengatakan, pakta non-agresi itu merupakan hasil tekanan internasional yang hebat. Wakil-wakil Tiongkok, importir terbesar minyak Sudan, bertemu para perunding dari kedua pihak hari Jumat.

Utusan-utusan Amerika dan Eropa juga memantau dengan seksama perundingan itu. Utusan khusus Presiden Amerika Barack Obama untuk Sudan, Princeton Lyman, dijadwalkan akan tiba di Addis Abbaba untuk menghadiri perundingan mengenai pembagian pendapatan minyak, yang dijadwalkan dimulai hari Selasa.

XS
SM
MD
LG