Tautan-tautan Akses

Studi: Remaja Pengguna Rokok Elektronik, Cenderung untuk Merokok


Seorang remaja putri menggunakan "Blu" rokok elektronik di AS (foto: dok).
Seorang remaja putri menggunakan "Blu" rokok elektronik di AS (foto: dok).

Dalam beberapa tahun terakhir, rokok elektronik semakin populer. Kini, para pengguna rokok elektronik termasuk para remaja yang jumlahnya terus bertambah, dan banyak diantaranya belum pernah merokok sebelumnya.

Rokok elektronik pertama kali memasuki pasar sebagai alternatif bagi orang dewasa yang ingin berhenti merokok. Namun baru-baru ini, penggunaannya di kalangan remaja telah meningkat di seluruh dunia, begitu pula kekhawatiran bahwa rokok elektronik bisa mendorong penggunanya untuk menghisap rokok tembakau.

Sebuah studi mendapati para remaja yang mulai menggunakan rokok elektronik, lebih besar kemungkinannya akan menghisap rokok dan produk-produk tembakau lainnya.

Adam Leventhal, pakar studi adiksi pada Universitas Southern California, adalah salah seorang penulis studi mengenai remaja dan rokok elektronik.

“Rokok elektronik memiliki beragam rasa seperti gulali dan permen karet. Perangkatnya canggih, modern dan terlihat keren,” tuturnya.

Rokok elektronik, yang kerap disebut e-cigs atau e-hookah, adalah perangkat pengantar nikotin. Perangkat ini menggunakan cairan mengandung nikotin yang dihisap, proses yang sering disebut "vaping."

Leventhal dan para periset lain mensurvei lebih dari 2.000 pelajar SMP di wilayah Los Angeles yang sebagian besar berusia sekitar 14 tahun. Tidak ada seorang pun yang mengaku pernah menghisap rokok, tetapi ada beberapa yang pernah mencoba vaping.

“Kami membandingkan remaja yang pernah menggunakan rokok elektronik dan yang tidak, dan kami mempelajari apakah ada perbedaan antara kedua kelompok itu dengan dimulainya kebiasaan merokok,” tambah Leventhal.

Para pelajar itu disurvei lagi 10 bulan kemudian.

“Para remaja yang menggunakan rokok elektronik empat kali lebih mungkin mulai merokok tembakau dibanding remaja yang tidak menggunakan rokok elektronik,” paparnya.

Leventhal, dan para pakar kesehatan lainnya khawatir tren itu akan mendorong lahirnya generasi baru pengguna tembakau. Studi tersebut diterbitkan dalam Journal of the American Medical Association. (vm/ii)

XS
SM
MD
LG