Tautan-tautan Akses

Studi: Mamogram Timbulkan Perawatan Tak Diperlukan


Seorang pasien menjalani pemeriksaan dengan teknik mamogram untuk mendeteksi kanker payudara. (Foto: Dok)
Seorang pasien menjalani pemeriksaan dengan teknik mamogram untuk mendeteksi kanker payudara. (Foto: Dok)

Sebuah studi menunjukkan bahwa teknik mamogram ternyata tidak signifikan dalam mendeteksi kanker payudara dan menyebabkan diagnosis berlebihan.

Teknik mamogram ternyata tidak signifikan mendeteksi kanker payudara yang ganas sebelum menyebar, menurut sebuah studi besar di Amerika Serikat. Pada saat yang sama, lebih dari satu juta prempuan telah menjalani perawatan untuk kanker yang sebetulnya tidak mengancam nyawa mereka.

Studi tersebut menunjukkan bahwa sepertiga dari kasus kanker payudara, atau 50.000 sampai 70.000 kasus per tahun, tidak memerlukan perawatan.

Penelitian ini merupakan pengamatan yang paling detail sampai saat ini mengenai perawatan yang berlebihan untuk kanker payudara, dan hal ini menambah bukti bahwa pemeriksaan tidak begitu menolong seperti yang diyakini banyak perempuan.

Mamogram masih diperlukan karena mendeteksi beberapa kanker yang mematikan dan menyelamatkan nyawa, para dokter menekankan. Beberapa di antara mereka tidak setuju dengan kesimpulan studi baru ini.

Namun studi ini menyoroti realita yang sulit diterima oleh banyak orang Amerika: Beberapa abnormalitas yang oleh dokter disebut “kanker” ternyata bukanlah ancaman kesehatan atau benar-benar ganas. Tidak ada cara yang baik untuk memberitahu mana yang sebenarnya, sehingga banyak perempuan akhirnya mendapatkan perawatan seperti operasi dan kemoterapi yang tidak terlalu mereka butuhkan.

“Kami menemukan bahwa beberapa kanker, banyak kanker tergantung pada organnya, tidak menyebabkan kematian,” ujar Dr. Barnett Kramer, ahli pemeriksaan (screening) dari Lembaga Kanker Nasional, yang tidak terlibat dalam studi tersebut. Namun, “sekali seorang perempuan didiagnosa, sulit mengatakan bahwa perawatan tidak diperlukan.”

Studi itu sendiri dipimpin oleh Dr. H. Gilbert Welch dari Universitas Kedokteran Dartmouth dan Dr. Archie Bleyer dari Sistem Kesehatan St. Charles dan Universitas Kesehatan dan Sains Oregon. Hasil studi tersebut diterbitkan Kamis (21/11) di New England Journal of Medicine.

Kanker payudara merupakan jenis kanker utama dan penyebab kematian akibat kanker terbesar pada perempuan di seluruh dunia. Hampir 1,4 juta kasus baru didiagnosa setiap tahun. Negara-negara lain tidak melakukan pemeriksaan seagresif AS. Di Inggris, misalnya, mamogram biasanya ditawarkan hanya setiap tiga tahun sekali dan ulasan di sana juga menemukan tanda-tanda serupa terkait perawatan yang berlebihan.

Dogma yang berlaku adalah bahwa pemeriksaan dengan mamogram akan menemukan kanker lebih dini, fase yang paling mudah diobati. Namun pemeriksaan atau penyaringan hanya bermanfaat jika ia menemukan kanker yang mematikan, dan jika perawatan dini meningkatkan ketahanan dibandingkan dengan perawatan ketika atau jika menyebabkan gejala.

Mamogram juga merupakan alat pemeriksaan yang tidak sempurna, karena seringkali memberikan peringatan yang salah, menimbulkan biopsi dan tes-tes lain yang menemukan bahwa ternyata tidak ada kanker. Studi baru tersebut mengamati risiko yang berbeda: Diagnosis berlebihan, atau menemukan kanker yang memang ada namun tidak memerlukan perawatan.

Para peneliti menggunakan survei federal atas mamogrami dan statistik pendaftaran kanker dari 1976 sampai 2008, untuk melacak bagaimana banyak kanker ditemukan secara dini, ketika masih menempel di payudara, dibandingkan dengan kemudian, saat telah menyebar ke kelenjar limpa atau lebih luas lagi.

Para ilmuwan berasumsi bahwa jumlah kasus sebanarnya sebetulnya tidak berubah atau meningkat hanya sedikit selama tiga dekade terakhir. Namun mereka menemukan perbedaan besar dalam jumlah dan tingkat kasus yang ditemukan selama periode tersebut, ketika mamogram digunakan secara luas.

Mamogram melipatgandakan jumlah kanker stadium dini yang terdeteksi, dari 112 menjadi 234 kasus per 100.000 perempuan. Namun kanker stadium lanjut turun hanya 8 persen, dari 102 menjadi 94 kasus untuk setiap 100.000 perempuan.

Ketidakseimbangan tersebut menunjukkan bahwa banyak diagnosis yang berlebihan dari mamogram, yang sekarang meliputi 60 persen kasus yang ditemukan, ujar Bleyer.

Jika penyaringan memang bermanfaat, seharusnya pasien yang didiagnosa dengan kanker stadium lanjut berkurang satu jumlahnya untuk setiap pasien tambahan dengan kanker stadium awal, jelasnya.

"Sebaliknya, kita malah mendiagnosa banyak hal lain, yang bukan kanker, pada stadium awal,” ujar Bleyer. “Dan kanker yang paling berbahaya masih terus berkembang, sama seperti dulu.”

Para peneliti juga mengamati tingkat kematian untuk kanker payudara, yang turun 28 persen pada perempuan usia 40 tahun ke atas, kelompok yang ditargetkan untuk penyaringan. Angka mortalitas bahkan lebih rendah lagi, 41 persen, pada perempuan di bawah 40 tahun, yang diasumsikan tidak mendapatkan mamogram.

“Kami menyimpulkan bahwa kabar baik terkait kanker payudara, bahwa mortalitas atau kematian yang menurun lebih banyak disebabkan oleh perawatan yang meningkat, bukan penyaringan,” tulis para peneliti tersebut.

Studi tersebut didanai oleh masing-masing universitas para peneliti.

Dr. Len Lichtenfeld, wakil direktur medis dari Masyarakat Kanker Amerika, mengatakan bahwa studi tersebut sebaiknya tidak diartikan sebagai “referendum untuk mamografi,” karena ada beberapa studi berkualitas tinggi lainnya yang memastikan manfaatnya.
Meski demikian, ia mengatakan bahwa diagnosis berlebihan adalah suatu masalah, dan sulit untuk menentukan bahwa seorang perempuan memerlukan perawatan kanker atau tidak.

“Teknologi telah menemukan banyak sekali kanker. Ilmu pengetahuan telah membawa kita ke suatu titik di mana kita dapat menentukan perawatan apa yang diperlukan orang,” ujarnya. (AP/Marilynn Marchione)
XS
SM
MD
LG