Tautan-tautan Akses

Strategi Anti-Merokok Penting bagi Perawatan TBC dan HIV


Pasien penderita tuberculosis (TBC) dan HIV mengenakan masker ketika menunggu untuk berkonsultasi di sebuah klinik di Khayelitsha, Cape Town, Afrika Selatan.
Pasien penderita tuberculosis (TBC) dan HIV mengenakan masker ketika menunggu untuk berkonsultasi di sebuah klinik di Khayelitsha, Cape Town, Afrika Selatan.

Penelitian baru menyerukan tindakan mendesak untuk mengintegrasikan strategi anti-merokok dalam tindakan perawatan pasien TBC dan HIV.

Serikat Internasional Melawan Penyakit TBC dan Paru-paru mengeluarkan laporan baru-baru ini yang menyatakan perokok pasif harus ditangani dalam pengobatan pasien yang menderita TBC dan HIV. Penelitian tersebut menemukan penyebab kegagalan dalam program TBC dan HIV: merokok dan paparan pada perokok pasif bisa memperparah penyakit ini.

Penulis utama laporan tersebut, Dr. Angela Jackson-Morris, mengatakan, “Selama beberapa tahun, Serikat dan organisasi lain mencoba untuk menyebarkan pesan bahwa perawatan TBC dan HIV harus mulai menyertakan strategi anti-merokok."

“Kami tahu banyak orang yang merokok yang akhirnya menderita TBC, dan pengobatannya jadi kurang efektif. Kami tahu bahwa ada banyak perokok di antara penderita TBC dan HIV, dan kita tahu bahwa pengobatan...terapi anti-retro-viral kurang efektif kalau penderitanya merokok."

Jackson-Morris mengatakan tidak merokok penting karena pengobatan TBC dan HIV tidak akan manjur kecuali menggabungkan langkah-langkah pencegahan yang akan memungkinkan pasien mempunyai kualitas hidup yang baik.

Penelitian ini mendeskripsikan langkah-langkah praktis, murah dan efektif yang diidentifikasi oleh WHO. Jackson-Morris menekankan bahwa langkah-langkah ini harus diterapkan segera pada program-program pengobatan.

“Langkah-langkah ini termasuk memonitor apakah pasien yang ditangani merokok atau mantan perokok...jadi kita bisa melakukan tindakan lanjutan dan para petugas medis bisa memberikan layanan yang tepat," kata Dr. Jackson-Morris. Strategi yang paling penting adalah mengidentifikasi perokok dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan untuk berhenti merokok.

Penting juga untuk menawarkan pada mereka pusat kesehatan bebas rokok yang dilayani oleh staf yang tidak merokok. Kalau petugas medis melakukan kunjungan perawatan ke rumah, mereka berkesempatan mengajak keluarga dan teman pasien untuk berhenti merokok di sekitar pasien.

“Dan menjelaskan pada mereka bahwa orang yang mereka sayangi, anggota keluarga mereka, tidak akan sembuh dari TBC dan terapi anti-retroviral tidak akan berhasil bila masih ada orang yang merokok di sekitarnya."

“Kami tahu pasti dari pengalaman bahwa saran dari petugas medis...bisa jadi cara yang paling efektif untuk membuat orang berhenti merokok," ujarnya. Saran tersebut harus diulang berkali-kali, tambahnya lagi.

Manajer pusat perawatan kesehatan juga harus menghindari tekanan dari perwakilan industri tembakau untuk menerima sponsor dari produk mereka, kata Jackson-Morris.

“Dengan cara itu, orang-orang tidak terpapar pada iklan rokok ketika mengunjungi klinik setempat."

XS
SM
MD
LG