Tautan-tautan Akses

Separuh Warga Korsel Prihatin soal Pyongyang


Pemimpin Korut, Kim Jong-Un (baju hitam, tengah) berbicara dengan para petinggi militer saat latihan perang Korea Utara (25/3). Sebagian besar warga Korsel menganggap Seoul tidak siap sepenuhnya untuk menanggapi aksi Korut.
Pemimpin Korut, Kim Jong-Un (baju hitam, tengah) berbicara dengan para petinggi militer saat latihan perang Korea Utara (25/3). Sebagian besar warga Korsel menganggap Seoul tidak siap sepenuhnya untuk menanggapi aksi Korut.

Hasil survei Gallup menunjukkan hampir separuh warga Korsel mengatakan mereka menganggap Korea Utara akan melancarkan aksi terbatas.

Sementara ancaman hampir tiap hari datang dari Korea Utara banyak warga Korea Selatan mengambil sikap keras pada negara tetangga terdekatnya.

Jajak pendapat Korea Gallup yang dilakukan minggu lalu di Korea Selatan menunjukkan hampir separuh di antara mereka yang disurvei atau sekitar 47 persen mengatakan mereka menganggap Korea Utara akan melancarkan aksi terbatas untuk memprovokasi Korea Selatan atau memulai perang habis-habisan.

Dengan persentase yang sama, hampir separuh warga Korsel lainnya menganggap bahwa Korea Utara tidak akan melakukan aksi untuk memprovokasi perang.

Jajak pendapat itu menanyakan apakah warga Korea Selatan sependapat dengan pernyataan pejabat militer baru-baru ini bahwa setiap provokasi oleh Korea Utara sebaiknya mendapat tanggapan 10 kali lebih besar dari pasukan Korea Selatan. Mayoritas responden sependapat.

Namun, sebagian besar responden menganggap pemerintah Korea Selatan tidak siap sepenuhnya untuk menanggapi Korea Utara.

Dalam beberapa minggu terakhir ini, Korea Utara lagi-lagi mengarahkan kata-kata tajam kepada Amerika dan Korea Selatan dengan mengancam akan mengubah Seoul menjadi “lautan api” dan melancarkan serangan-serangan nuklir pada sejumlah sasaran di Amerika.

Dua analis berbasis di Washington memberitahu VOA, kecil kemungkinan Korea Utara akan berperang dengan Amerika. Bahaya yang lebih besar, kata mereka adalah Pyongyang melakukan sesuatu untuk memprovokasi konflik antara kedua Korea.

Bruce Klingner dari Heritage Foundation mengatakan pertempuran bisa terjadi di Laut Kuning dekat perbatasan maritim yang dibentuk pada akhir Perang Korea tahun 1953. Korea Utara tidak pernah mengakui perbatasan itu dan menggaris ulang perbatasan itu pada akhir 1990-an dengan memasukkan lima kepulauan Korea Selatan ke dalam wilayahnya.

Ketidakstabilan besar di kawasan itu terakhir mencuat tahun 2010, sewaktu sebuah terpedo menenggelamkan kapal perang Korea Selatan “Cheonan”, menewaskan 46 pelaut. Seoul menuduh Pyongyang yang menyangkal serangan itu. Tahun itu juga, Korea Utara mengarahkan tembakan artileri ke Yeonpyeong, salah satu dari lima pulau Korea Selatan dan menewaskan empat orang lagi.

Ellen Kim dari Center for Strategic and International Studies mengatakan Pyongyang harus dibujuk untuk tidak melakukan provokasi.

Recommended

XS
SM
MD
LG