Tautan-tautan Akses

50 Negara Kepulauan Kecil Bahas Perubahan Iklim di Mauritius


Replika kapal bajak laut 'Flor de la Mar' digunakan untuk membawa turis mengelilingi pulau Mauritius (Foto: dok). Sekitar 50 negara kepulauan kecil berkumpul di pulau ini untuk berdiskusi terkait maslaah perubahan iklim.
Replika kapal bajak laut 'Flor de la Mar' digunakan untuk membawa turis mengelilingi pulau Mauritius (Foto: dok). Sekitar 50 negara kepulauan kecil berkumpul di pulau ini untuk berdiskusi terkait maslaah perubahan iklim.

Para ahli dari 50 lebih negara kepulauan kecil bertemu pekan ini di Mauritius untuk membahas perubahan iklim dan ketahanan pangan.

Negara-negara kepulauan kecil itu merupakan kelompok negara yang disebut Negara Kepulauan Kecil Berkembang, diantaranya Haiti, Fiji, Jamaika dan Mauritius, yang menjadi tuan rumah pertemuan ini. Pertemuan ini mengangkat tema Negara Kepulauan Ekonomi Kecil: Dari Kerentanan Menjadi Peluang.

Di antara yang ikut pertemuan adalah Michael Hailu, direktur Pusat Kerjasama Teknis Pertanian dan Pedesaan."Negara-negara kepulauan kecil memiliki banyak kelemahan karena ukurannya yang kecil. Negara-negara itu sangat bergantung pada komoditas tunggal atau pariwisata sebagai sumber pendapatan mereka. Mereka juga rentan terhadap perubahan iklim dan bencana alam lainnya. Jadi mereka punya sejumlah masalah yang sangat spesifik," kata Michael Hailu.

Hailu mengatakan negara kepulauan kecil telah melihat dampak perubahan iklim.
"Berbagai kondisi cuaca ekstrim mempengaruhi banyak pulau. Badai dan kekeringan serta semua hal tersebut sering terjadi. Jadi mereka sangat rentan dan banyak yang menghadapi bencana alam. Dari Haiti sampai banyak pulau lainnya telah menghadapi masalah ini," ungkapnya.

Mereka juga prihatin tentang harga pangan yang sering berubah sejak krisis pangan global tahun 2007-2008. Menurut Haliu, dampak krisis pangan cukup besar di negara-negara kecil karena mereka banyak mengimpor makanan dari luar negeri yang sebagian besar digunakan untuk melayani banyak wisatawan yang berkunjung.

"Ketika harga naik secara global maka biaya impor sangat terpengaruh.Tapi sekarang mereka lebih banyak memusatkan perhatian pada pengembangan pertanian lokal," kata Hailu. Menurutnya ini tidak hanya mengurangi biaya makanan impor, tetapi juga menyediakan produk alternatif lokal yang lebih sehat bagi konsumen.

Peserta konferensi mengamati baik kesulitan maupun peluang.'"Pertemuan ini pada dasarnya melihat bagaimana mereka bisa meningkatkan ketahanan terhadap berbagai masalah, dan bagaimana menempatkan diri dalam posisi yang lebih baik untuk menghadapi krisis-krisis yang dihadapi dari waktu ke waktu," kata Hailu.

Negara-negara kepulauan itu diperkirakan akan menyuarakan keprihatinan dan ide-ide mereka dalam pertemuan RIO+20 bulan Juni tentang pembangunan berkesinambungan. PBB mengelompokkan 52 negara dan wilayah itu sebagai Negara Kepulauan Kecil Berkembang. Kebanyakan berada di wilayah Karibia dan Pasifik.
XS
SM
MD
LG