Tautan-tautan Akses

SBY Tolak Aksi Militer di Suriah


Presiden Barack Obama (kiri), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) dan Kanselir Jerman Angela Merkel (tengah) sesaat sebelum foto bersama para peserta KTT G-20 di Istana Konstantin, St. Petersburg, Rusia (6/9).
Presiden Barack Obama (kiri), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) dan Kanselir Jerman Angela Merkel (tengah) sesaat sebelum foto bersama para peserta KTT G-20 di Istana Konstantin, St. Petersburg, Rusia (6/9).

Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menawarkan solusi damai terkait konflik politik di Suriah, tanpa menggunakan kekuatan militer dalam KTT G-20 di St. Petersburg, Rusia.

Juru bicara Kepresidenan bidang luar negeri, Teuku Faizasyah, Minggu (8/9) menjelaskan sikap Indonesia terkait konflik politik di Suriah seperti yang disampaikan Presiden SBY dalam KTT G-20 di Rusia. Indonesia menurut Faizasyah menawarkan solusi damai dalam penyelesaian masalah di Suriah, tanpa harus mengerahkan kekuatan militer.

Penjelasan tersebut disampaikan Teuku Faizasyah setibanya di Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta, usai mendampingi kunjungan kerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan di St Petersburg, Rusia tersebut.

"Bapak Presiden telah menyampaikan sikap Indonesia, yang pada utamanya adalah agar tidak terburu-buru melakukan langkah militer yang kemudian imbasnya merugikan dunia secara luas. Jangan cepat mengambil satu sikap yang kemudian menimbulkan permasalahan yang lebih luas lagi," kata Faizasyah. "Upaya diplomasi yang disampaikan Presiden pada intinya adalah menciptakan opsi lain sehingga tidak tergesa-gesa bagi negara tertentu untuk melakukan langkah-langkah penghukuman secara militer," jelasnya.

Sikap politik luar negeri Indonesia, menurut Faizasyah juga disampaikan secara tertulis kepada Sekjen PBB dan masing-masing kepala negara anggota Dewan Keamanan PBB. Sikap politik luar negeri Indonesia itu tambah Faizasyah dituangkan dalam tiga langkah, diantaranya gencatan senjata.

"Presiden menawarkan tiga langkah kebijakan, (yaitu) melakukan gencatan senjata, memberikan akses bantuan kemanusian dan penyelesaian proses politik. Indonesia berharap, ditengah semakin meningkatnya ketegangan, ada semacam harapan bahwa upaya diplomasi masih dapat dikedepankan," kata Faizasyah.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengadakan pertemuan dengan Deputi Sekretaris Jenderal PBB di Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) New York Amerika Serikat pada akhir Agustus lalu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tenne menjelaskan, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menegaskan sikap Pemerintah Indonesia atas penggunaan senjata kimia di Suriah kepada masyarakat sipil.

"Menlu RI bertemu dengan Deputy Sekjen PBB, antara lain membahas perkembangan di Suriah. Dalam kesempatan tersebut Menlu menyampaikan sikap Indonesia yang mengecam pengggunaan senjata kimia di Suriah. Yang kita ketahui telah mengakibatkan jatuhnya korban (masyarakat) sipil dalam jumlah besar," jelas Michael Tenne. "Dalam kaitan ini, Menlu tegaskan dukungan Indonesia atas upaya investigasi PBB atas dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah. Dan tentunya masyarakat internasional memastikan agar pelaku dari tindakan tidak berperi kemanusiaan tersebut mempertanggung jawabkan perbuatannya," tambahnya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Kamis (6/9) menghadiri pertemuan tingkat tinggi kepala negara G20 di St.Petersburg Rusia. Para pemimpin Kepala Negara yang hadir, selain Presiden Rusia Vladimir Putin selaku tuan rumah, juga hadir Presiden AS Barrack Obama, sementara Perdana Menteri Australia Kevin Rudd diwakili oleh Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr. Prioritas isu yang dibahas dalam pertemuan G20 ini diantaranya adalah pertumbuhan melalui penciptaan lapangan kerja dan investasi yang berkualitas.

Namun demikian, pertemuan G20 kali ini dibayangi oleh dua isu global yaitu rencana pengurangan stimulus keuangan Amerika Serikat oleh Bank Sentral AS dan isu rencana intervensi militer AS ke Suriah.
XS
SM
MD
LG