Tautan-tautan Akses

Perancis Buka Penyelidikan atas Kematian Arafat


Mantan pemimpin Palestina Yasser Arafat yang meninggal dunia pada 2004 di sebuah rumah sakit militer di Perancis. (Foto: AP)
Mantan pemimpin Palestina Yasser Arafat yang meninggal dunia pada 2004 di sebuah rumah sakit militer di Perancis. (Foto: AP)

Kejaksaan di Perancis telah menyetujui tuntutan Suha Arafat, isteri mendiang Yasser Arafat, untuk menyelidiki sebab kematian almarhum suaminya.

Jaksa penuntut di Perancis membuka penyelidikan dugaan pembunuhan terhadap Yasser Arafat pada Selasa (28/8), menurut pengacara janda Arafat, setelah ia dan sebuah penyelidikan stasiun televisi bertanya-tanya apakah mantan pemimpin Palestina itu diracun.

Banyak pihak di wilayah Arab telah lama mencurigai bahwa Arafat meninggal karena diracun, dan penemuan sebuah laboratorium di Swiss baru-baru ini yang menemukan kadar polonium-210 yang tinggi dalam baju Arafat memperkuat klaim tersebut. Senyawa kimia tersebut jarang ditemukan dan memiliki kandungan radioaktif yang sangat mematikan.

Namun Lembaga Fisika Radiasi di Swiss tersebut menyatakan bahwa penemuan itu belum dapat menyimpulkan apa-apa dan hanya penggalian jasad Arafat-lah yang mungkin dapat membawa kejelasan. Para pejabat pemerintah Palestina masih belum yakin dengan isu tersebut. Awalnya mereka setuju dengan penggalian sebelum kemudian mengatakan bahwa hal tersebut memerlukan penelitian lebih mendalam, yang hanya mempertajam kecurigaan.

Arafat meninggal dunia di sebuah rumah sakit militer di luar kota Paris pada 2004. Para dokter mengatakan sebab kematiannya adalah stroke yang hebat, namun pengujian di lab Swiss telah menarik perhatian akan kematiannya. Penemuan tersebut pertama kali disiarkan oleh stasiun televisi Al-Jazeera, yang mendekati laboratorium tersebut atas nama janda Arafat, Suha. Suha memberikan pakaian dan barang milik Arafat lainnya kepada lab terserbut.

Setelah hasilnya dikeluarkan, Suha Arafat mengajukan tuntutan dan meminta penyelidikan atas pembunuhan suaminya. Pengacaranya, Pierre-Olivier Sur, memberikan konfirmasi pada Selasa bahwa Kejaksaan Nanterre, distrik di mana rumah sakit militer tersebut berada, telah menyetujui permintaan tersebut. Selanjutnya, seorang hakim akan dipilih untuk memimpin penyelidikan tersebut.

Sur mengatakan dalam pernyataan tertulis bahwa kliennya tidak akan berkomentar karena ia ingin membiarkan hakim menjalankan tugasnya.

“Ini adalah suatu langkah maju. Langkah apapun yang bertujuan untuk membuka kebenaran atas kematian Yasser Arafat adalah bagus,” ujar Abdallah Basher, kepala komite medis Palestina yang menyelidiki kematian Arafat.

Ia menambahkan bahwa para ahli dari lab Swiss akan pergi ke West Bank dalam beberapa minggu mendatang untuk mengambil sampel dari jasad Arafat, meski belum ada kejelasan seputar isu penggalian jenazahnya. Arafat, yang meninggal pada usia 75 tahun, dimakamkan di sebuah kompleks milik pemerintah yang berdinding tinggi, di mana ia menghabiskan tiga tahun terakhir hidupnya dalam kepungan Israel.

Uji polonium-210 dari tulang Arafat akan memberikan kesempatan terakhir untuk memastikan apakah benar pemimpin Palestina tersebut diracun, meski beberapa ahli mengatakan bahwa sudah terlambat untuk mendapatkan jawaban yang meyakinkan.
Para ilmuwan mengingatkan bahwa polonium cepat terurai dan bahwa diperlukan otopsi yang harus dilakukan dengan cepat.

Meski para pejabat Palestina telah lama menuduh Israel terlibat dalam kematian Arafat, Israel secara tegas menyangkal tuduhan tersebut.

“Kami mendengarnya di media. Ini bukan masalah kami karena tuntutan hukum tersebut tidak ditujukan pada Israel,” ujar juru bicara Menteri Luar Negeri Israel, Yigal Palmor. “Jika ada penyelidikan, kami harap hal itu akan membuka tabir masalah ini.”

Tuntutan Suha Arafat tidak menyebutkan pihak yang bertanggung jawab, sebuah praktik yang umum di Perancis. (AP/Sarah DiLorenzo)
XS
SM
MD
LG