Tautan-tautan Akses

Oscar 2013 Tampilkan Nominasi Film Dokumenter yang Solid


Musisi Sixto Rodriguez, tokoh utama film dokumenter pemenang Academy Awards 2013, "Searching for Sugarman", saat tampil di Afrika Selatan. (Foto: Dok)
Musisi Sixto Rodriguez, tokoh utama film dokumenter pemenang Academy Awards 2013, "Searching for Sugarman", saat tampil di Afrika Selatan. (Foto: Dok)

Kelima nominasi Academy Awards 2013 untuk film dokumenter menghadirkan tema dan keterampilan yang luar biasa.

Film-film dokumenter merupakan genre film yang kurang populer. Film-film seperti ini tidak mempertunjukkan efek khusus atau bintang film terkenal. Tokoh protagonisnya biasanya adalah orang biasa yang berhasil mengatasi kondisi luar biasa.

Film-film dokumenter tidak diputar di bioskop kota besar atau bisa bersaing dengan film-film box office. Tetapi film-film ini tetap diberi tempat khusus dalam penghargaan Oscar.

Sutradara pemenang Emmy Award, Nina Seavey, mengatakan Oscar tampaknya akan lebih memilih film-film dokumenter yang menghibur dan bisa jadi “Searching for Sugar Man” memenuhi kriteria itu.

Prediksinya benar karena film itu memenangkan penghargaan film dokumenter terbaik pada Academy Awards ke-85 yang diadakan Minggu (24/2). Film karya Malik Bendjelloul ini mengangkat Sixto Rodriguez – seorang musisi rock era 70an asal Detroit yang tidak tahu bahwa ia menjadi ikon musik di Afrika Selatan.

Keempat nominasi film dokumenter yang lainnya mengangkat kisah-kisah luar biasa dengan petikan gambar fantastis.

Film dokumenter “The Invisible War” karya Dick Kirby merupakan paparan yang menyayat hati tentang perkosaan dalam militer Amerika.

Film ini mengungkapkan bahwa sejak 1991, sekitar setengah juta laki-laki dan perempuan telah dianiayai secara seksual dan militer Amerika tidak melakukan apapun untuk menghukum para pelaku.

Kirby, pembuat film dokumenter yang paling banyak memenangkan penghargaan ini, mengungkap kebenaran yang pahit.

Film dokumenter favorit para kritikus adalah “The Gatekeepers”, dimana sutradara Dror Moreh asal Israel mewawancarai enam mantan kepala badan mata-mata dalam negeri Israel “Shin Bet” yang bertanggungjawab mengumpulkan data inteljen di Tepi Barat.
Mereka mengatakan memerangi para teroris Palestina berarti harus melawan aturan-aturan moralitas dan membenarkan adanya korban. Film ini memaparkan perpecahan internal di Israel dan menggambarkan masa depan negara itu jika tidak berdamai dengan musuh-musuhnya.

“Five Broken Cameras” karya duo Emad Burnat – warga desa Palestina, dan Guy Davidi – sutradara film Israel, menggambarkan kehidupan Burnat di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Film ini menunjukkan bagaimana perjuangan para petani Palestina menghadapi hambatan keamanan yang dibuat Israel yang membuat mereka tidak bisa pergi ke tanah mereka.

Film dokumenter “How To Survive a Plague” karya David France menghadirkan tahun-tahun awal wabah AIDS dan bagaimana para aktivis berjuang keras menghadapinya.
XS
SM
MD
LG