Tautan-tautan Akses

Harga Minyak Anjlok, Nigeria Devaluasi Mata Uang


Presiden Nigeria, Goodluck Jonathan mengambil uang naira dari sebuah ATM di Abuja (foto: dok). Bank sentral mendevaluasi mata uang naira.
Presiden Nigeria, Goodluck Jonathan mengambil uang naira dari sebuah ATM di Abuja (foto: dok). Bank sentral mendevaluasi mata uang naira.

Bank Sentral Nigeria telah menurunkan nilai mata uang Naira dan menaikkan suku bunga pinjaman untuk menstabilkan ekonomi terbesar di Afrika, karena anjloknya harga minyak dan sebagai langkah antisipasi pemilu nasional tahun depan.

Karena harga minyak diperdagangkan di bawah 80 dolar per barrel untuk pertama kalinya dalam 4 tahun, Bank Sentral Nigeria minggu ini mengambil langkah untuk menguatkan perekonomiannya menjelang pemilu presiden Februari mendatang.

Nigeria adalah negara penghasil minyak terbesar di Afrika, dan 70 persen penghasilan pemerintah berasal dari minyak. Jatuhnya harga minyak di dunia, yang sebagian disebabkan bertambahnya produksi minyak di Amerika dan menurunnya permintaan di Asia telah menimbulkan keprihatinan.

Kementerian keuangan minggu lalu mengumumkan pengurangan pengeluaran negara dan mengenakan pajak-pajak baru untuk barang-barang mewah. Bank Sentral hari Selasa menaikkan suku bunga dari 12 persen menjadi 13 persen, dan menaikkan tarif nilai tukar resmi mata uangnya, Naira menjadi 168 untuk satu dolar, dari 155 sebelumnya.

Kepala Financial Derivatives Company, Bismarck Rewane yang berkantor di ibukota perdagangan Nigeria di Lagos mengatakan, tindakan Bank Sentral itu adalah langkah positif untuk mengendalikan perekonomian.

“Saya pikir suatu langkah yang benar, tetapi saya tidak terlalu yakin hasilnya akan memadai. Tetapi paling tidak akan bergerak menuju keseimbangan,” kara Rewane.

Menurunkan nilai mata uang berarti bisnis-bisnis dan perorangan yang mendapat bayaran dalam mata uang naira, tetapi membayar hutang atau kredit dengan mata uang asing, akan memperbesar pengeluaran. Baik pemerintah maupun warga Nigeria yang bekerja di luar negeri akan terpaksa mengeluarkan lebih banyak uang.

“Bahkan orang Nigeria yang mengirim anak-anaknya sekolah ke luar negeri, akan menarik anak-anaknya pulang, karena mereka tidak mampu lagi membiayai mereka. Jadi penyesuaian fiskal itu akan dirasakan pada tingkat pemerintahan, perusahaan dan perorangan,” tambah Rewane.

Tahun ini Nigeria menjadi negara yang terbesar perekonomiannya di Afrika setelah mengubah cara menghitung produk domestik brutonya di bawah Presiden Goodluck Jonathan.

Jonathan mencalonkan diri lagi dalam pemilu presiden Februari depan, dan Rewane mengatakan, jatuhnya harga minyak berarti Partai Demokrasi Rakyat yang berkuasa harus berbuat lebih banyak untuk membuktikan kemampuannya kepada rakyat.

Rewane juga mengingatkan bahwa inflasi mungkin akan naik lagi pada tahun baru, dan menaikkan harga-harga untuk konsumen menjelang pemilu.

(Chris Stein/VOA).

Recommended

XS
SM
MD
LG