Tautan-tautan Akses

Negara-Negara Miskin Desak Negara Kaya Tanggung Biaya Perubahan Iklim


Sekjen PBB Ban Ki-moon di Doha, Qatar mengingatkan delegasi negara-negara maju mengenai pentingnya kesepakatan soal pendanaan iklim jangka panjang (5/12).
Sekjen PBB Ban Ki-moon di Doha, Qatar mengingatkan delegasi negara-negara maju mengenai pentingnya kesepakatan soal pendanaan iklim jangka panjang (5/12).

Dalam KTT Iklim di Doha, negara-negara berkembang mendesak negara-negara kaya memberi lebih banyak bantuan keuangan bagi pengembangan sumber energi ramah lingkungan.

KTT Perubahan Iklim PBB di Doha, Qatar, memasuki minggu kedua hari Rabu, selagi delegasi dari hampir 200 negara masih berunding dengan alot untuk menggantikan Protokol Kyoto.

Perjanjian global tahun 1997 tentang perubahan iklim berakhir bulan ini, namun para juru runding berharap untuk memperpanjang perjanjian itu sampai sebuah perjanjian yang lebih kuat dapat dikembangkan dan diberlakukan tahun 2020.

Dua isu yang dinegosiasikan mengalami kebuntuan. Negara-negara berkembang menuntut negara-negara industri memenuhi janji mereka berdasarkan perjanjian Kyoto untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menentukan pembatasan emisi baru yang lebih besar. Mereka juga berkeras negara-negara kaya memberi lebih banyak bantuan keuangan untuk membantu negara-negara miskin beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan mengatasi tantangan dunia yang menghangat.

Dalam KTT perubahan iklim PBB tahun 2009, para delegasi sepakat bahwa pada tahun 2020, 100 miliar dolar akan dikumpulkan bagi Dana Iklim Hijau, namun negara-negara kaya belum menguraikan jadwal penyediaan dana tersebut.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan kepada para delegasi, "Kami memiliki pilihan yang jelas: bersatu atau jatuh bersama-sama." Ban Ki-moon bertemu dengan sekelompok delegasi dari negara-negara maju untuk menekankan pentingnya kesepakatan mengenai pendanaan iklim jangka panjang.

KTT perubahan iklim di Doha akan berakhir hari Jumat mendatang.
XS
SM
MD
LG