Tautan-tautan Akses

Militan Pro-Rusia Masih Duduki Gedung Pemerintah Ukraina


Orang-orang bersenjata, mengenakan pita berwarna oranye dan hitam St.George, yang diasosiasikan sebagai simbol pemersatu aksi protes pro-Rusia di Ukraina, berjaga di depan barikade yang dipasang di depan kantor pemerintah kota di Slovyansk (18/4).
Orang-orang bersenjata, mengenakan pita berwarna oranye dan hitam St.George, yang diasosiasikan sebagai simbol pemersatu aksi protes pro-Rusia di Ukraina, berjaga di depan barikade yang dipasang di depan kantor pemerintah kota di Slovyansk (18/4).

Militan pro Rusia terus menduduki gedung-gedung pemerintah di Ukraina bagian timur hari Jumat (18/4), sehari setelah Kyiv dan Moskow mencapai persetujuan untuk meredakan ketegangan.

Para demonstran pro Rusia di Ukraina timur menampik tuntutan dari semua pihak agar meninggalkan gedung-gedung pemerintah yang mereka duduki.

Amerika Serikat, Rusia , Uni Eropa dan Ukraina mengeluarkan pernyataan bersama di Jenewa, hari Kamis, menyerukan semua kelompok bersenjata gelap meletakkan senjata.

Slaviansk di Ukraina timur adalah salah satu kota yang dijaga ketat dan dikuasai kelompok separatis pro Rusia.

Kawanan bersenjata masih merondai jalan-jalan di sana. Barikade-barikade diperkuat. Meskipun ada seruan dari semua pihak di Jenewa kepada para demonstran agar meninggalkan gedung-gedung pemerintah, para demonstran mengatakan, mereka tidak akan pergi.

Alexander, seorang pekerja kereta api lokal, mengatakan, “Slaviansk sekarang dikepung oleh semua pihak. Dikelilingi tentara. Dan kami akan tetap berada di sini sampai saat terakhir. Sekarang kami menuntut federalisasi, kami menginginkan referendum, dan kami ingin rakyat memilih sendiri, dan menentukan pilihan sendiri tanpa kehadiran tentara Rusia. Tetapi kalau mulai terjadi sesuatu, kami akan minta Rusia turun tangan, membantu kami mengadakan referendum.”

Dalam pembicaraan di Jenewa, Rusia lagi-lagi membantah tuduhan bahwa pihaknya terlibat dalam pemberontakan yang terjadi. Tetapi hari Kamis Russia mengatakan pihaknya berhak mengirim tentara ke Ukraina.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov berkeras itu bukan pilihan yang mereka inginkan.

“Kami tidak ingin mengerahkan pasukan bersenjata kami di Ukraina, di kawasan suatu negara bersahabat, di wilayah di mana saudara-saudara kami tinggal. Ini bertentangan dengan kepentingan utama Federasi Rusia,” kata Lavrov.

Sebuah penyataan bersama yang dikeluarkan setelah pembicaraan Jenewa, menyerukan agar semua pihak menahan diri, jangan melakukan tindak kekerasan, intimidasi dan provokasi.

Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry memperingatkan akan ada sanksi lagi kalau Rusia tidak bertindak.

“Kami berharap penuh Rusia, menunjukkan keseriusan mereka dengan mendesak bahwa para separatis pro Rusia, yang mereka dukung, meletakkan senjata, meninggalkan gedung-gedung yang mereka diduduki, dan mengejar tujuan politik mereka melalui proses konstitusional yang dijamin oleh persetujuan,” kata Kerry.

Para analis mengatakan, kemungkinan akan ada sanksi tambahan telah merugikan ekonomi Rusia. Moskow mengingatkan pekan ini, ekonominya mungkin menunjukkan tidak ada pertumbuhan atau 0 persen tahun ini , karena krisis itu.

Pihak Barat mendukung ancaman dikenakannya sanksi disertai kekuatan militer. Kanada mengirim enam pesawat tempur ke wilayah itu untuk membantu meningkatkan pertahanan NATO.

NATO telah mengesampingkan intervensi militer, tetapi mengatakan, pengerahan pasukan bertujuan meyakinkan sekutu-sekutu di Eropa timur.
XS
SM
MD
LG