Tautan-tautan Akses

Mengapa Pria Eksis? Studi Ilmiah Tawarkan Penjelasan


Sperma dan sel telur.
Sperma dan sel telur.

Sperma adalah satu-satunya kontribusi laki-laki dalam reproduksi sehingga para ahli heran mengapa seleksi evolusioner masih membiarkan pria eksis.

Karena pada banyak spesies sperma merupakan satu-satunya kontribusi laki-laki dalam reproduksi, para ahli biologi telah lama bertanya-tanya mengapa seleksi evolusioner, yang dikenal sangat efisien, membiarkan laki-laki tetap eksis.

Sekarang para ilmuwan Inggris telah menemukan jawabannya: Laki-laki dibutuhkan dalam proses yang dikenal sebagai "seleksi seksual" yang membantu spesies menghindari penyakit dan kepunahan.

Sebuah sistem yang memproduksi keturunan tanpa seks, seperti dalam populasi yang kesemuanya perempuan aseksual, akan jauh lebih efisien dalam mereproduksi jumlah keturunan yang lebih banyak, menurut para ilmuwan.

Namun dalam penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Nature, Senin (18/5), mereka menemukan bahwa seleksi seksual, saat para pria bersaing untuk dipilih perempuan untuk bereproduksi, membantu menjelaskan mengapa laki-laki penting.

Tidak adanya seleksi -- ketika tidak ada seks, atau tidak adanya kebutuhan untuk bersaing untuk seks -- membuat populasi lebih lemah secara genetis dan lebih rentan mati.

"Kompetisi di antara pria untuk reproduksi memberikan manfaat yang sangat penting, karena hal itu memperbaiki kesehatan genetik populasi," ujar profesor Matt Gage, yang memimpin riset itu di University of East Anglia di Inggris.

"Seleksi seksual beraksi sebagai filter untuk menghilangkan mutasi genetik berbahaya, membantu populasi untuk berkembang dan menghindari kepunahan dalam jangka panjang."

Hampir semua spesies multisel bereproduksi menggunakan seks, namun hal ini tidak mudah dijelaskan secara biologis, ujar Gage, karena seks memiliki kelemahan, salah satunya bahwa hanya setengah dari keturunan, yaitu anak-anak perempuan, akan menghasilkan keturunan juga.

"Mengapa spesies apa pun harus membuang-buang semua usaha itu untuk menghasilkan anak laki-laki?" ujarnya.

Dalam studinya, tim Gage mengembang-biakkan kumbang Tribolium selama 10 tahun dalam laboratorium, di mana perbedaan satu-satunya antara populasi adalah intensitas seleksi seksual selama masing-masing tahap reproduksi dewasa.

Kekuatan seleksi seksual ini berkisar dari kompetisi intens, yaitu 90 kumbang jantan bersaing untuk hanya 10 kumbang betina, tanpa seleksi seksual, dengan pemasangan monogami dimana sang betina tidak memiliki pilihan dan pejantan tidak memiliki saingan.

Setelah tujuh tahun bereproduksi, mewakili sekitar 50 generasi, para ilmuwan menemukan bahwa populasi-populasi dengan seleksi seksual yang kuat lebih sehat dan lebih bertahan dari kepunahan dalam situasi perkawinan sedarah (inbreeding).

Namun populasi-populasi dengan seleksi seksual lemah atau tidak ada sama sekali menunjukkan lebih banyak penurunan kesehatan dan semuanya punah dalam generasi ke-10.

XS
SM
MD
LG