Tautan-tautan Akses

Krisis Zika, Vatikan Didesak Lunakkan Sikap soal Larangan Kontrasepsi


Isabela Cristina, perempuan berusia 18 tahun di Recife, Brazil yang menderita virus Zika tengah hamil dan khawatir bayinya akan menderita mikrosefalus (foto: dok).
Isabela Cristina, perempuan berusia 18 tahun di Recife, Brazil yang menderita virus Zika tengah hamil dan khawatir bayinya akan menderita mikrosefalus (foto: dok).

Pandangan gereja Katolik (Vatikan) soal larangan kontrasepsi mendapat sorotan dan didesak untuk diubah akibat krisis Zika mewabah di negara-negara Amerika Latin yang banyak penduduknya memeluk Katolik.

Pada garis depan upaya Brazil dalam memberantas virus Zika, kalangan gereja Katolik mengirimkan para relawan ke daerah-daerah termiskin di Brazil guna memberi penyuluhan dan instruksi kepada warga bagaimana melindungi diri terhadap nyamuk yang membawa virus Zika.

Mereka memberikan petunjuk bagaimana menyingkirkan sampah di mana ada genangan air yang memungkinkan nyamuk bertelur. Memakai banyak repellant (obat anti nyamuk) dan pakaian yang menutupi bagian lengan dan kaki. Menutup saluran air mandi sehingga serangga tidak dapat menemukan air menggenang di dalam rumah Anda.

Tetapi para relawan Katolik tersebut tidak mengajarkan metode bagaimana menghindari kehamilan. Para pejabat Brazil dan ahli kesehatan masyarakat internasional telah mendesak para perempuan di kawasan yang terpapar Zika untuk menunda kehamilan sampai wabah Zika terkendali.

Krisis Zika telah meningkatkan tekanan perlunya perubahan pada doktrin Gereja yang melarang segala bentuk kontrasepsi, dan bahkan telah memicu perdebatan mengenai aborsi di banyak negara Amerika Latin yang konservatif.

"Saya pikir, dan ini adalah pendapat pribadi saya, bahwa Gereja (Katolik) harus segera mempertimbangkan kembali sikap mereka soal larangan kontrasepsi akibat Zika," kata Vandson Holanda, salah seorang koordinator komite kesehatan Gereja Katolik di sana.

"Pandangan gereja Katolik (soal larangan kontrasepsi) saat ini tidak realistis."

Pada hari Kamis (18/2), Paus Fransiskus menyarankan bahwa Gereja bisa melunakkan larangan penggunaan kontrasepsi bagi perempuan, karena mereka tengah menghadapi krisis Zika.

"Menghindari kehamilan bukanlah sebuah kejahatan absolut," kata Paus Fransiskus kepada wartawan di pesawat kepausan ketika ia akan kembali ke Roma setelah melakukan serangkaian lawatan di Meksiko.

Paus tidak menjelaskan lebih lanjut dan tidak mengindikasikan apakah jika umat Katolik ingin menghindari kehamilan di tengah wabah Zika harus mendapatkan berkah (izin) eksplisit dari Gereja untuk melakukannya.

Namun, Paus menegaskan bahwa tidak akan ada perubahan posisi Gereja mengenai larangan aborsi atau pengguguran kehamilan. "Ini (aborsi) adalah kejahatan. Ini merupakan sebuah kejahatan yang mutlak," ujarnya.

Kardinal Odilo Scherer, Uskup Agung kota Sao Paulo di Brazil, dan secara luas dianggap sebagai pesaing utama Fransiskus dalam pemilihan Paus tiga tahun lalu, telah menawarkan kemungkinan penggunaan kondom untuk mencegah penyebaran penyakit akibat virus Zika. Tetapi, dalam respon email kepada Reuters ia menekankan bahwa usaha memerangi Zika harus difokuskan kepada upaya-upaya memberantas nyamuk, menghindari gigitan dan merawat mereka yang memiliki cacat lahir.

Fernando Altemeyer, seorang profesor teologi di Universitas Katolik Sao Paulo dan seorang mantan pastur, mengatakan bahwa krisis Zika tidak diragukan lagi memicu perdebatan tentang pandangan kontrasepsi dalam Gereja Katolik.

"Zika telah menempatkan krisis kemanusiaan dan jika krisis ini makin memburuk akan memaksa Gereja untuk membuat keputusan antara menyelamatkan kehidupan manusia atau mempertahankan dogmanya sendiri ... Tidak ada jawaban yang mudah, benar-benar tidak ada dalam hukum kanon yang bisa dijadikan panduan (atas masalah ini), "katanya.

Sekitar 65 persen warga Brazil adalah pemeluk Katolik dan jajak pendapat secara konsisten menunjukkan lebih dari tiga-perempat (hampir 80 persen) dari penduduk menolak perubahan UU yang selama ini hanya membolehkan aborsi dalam kasus pemerkosaan, atau jika kehidupan ibu berada dalam bahaya atau dalam kasus anencephaly - yaitu ketika janin akan lahir tanpa bagian otak dan tengkorak - sehingga hampir dipastikan tak akan berumur panjang setelah dilahirkan.

Namun, jajak pendapat juga menunjukkan bahwa warga Brazil sangat mendukung penggunaan kondom untuk mencegah kehamilan atau penyakit.

"Sebagai seorang Katolik, saya menentang aborsi, tetapi seharusnya Gereja membolehkan lebih banyak pilihan bagi perempuan yang ingin mencegah kehamilan," kata Debora Mariano, ahli kecantikan berusia 23 tahun dan ibu dari seorang anak berusia 6-tahun di Rio de Janeiro pekan ini. [pp/dw]

XS
SM
MD
LG