Tautan-tautan Akses

Kota Tua Bersejarah di Jeddah Nantikan Perbaikan


Warga bermain bola di daerah kota tua bersejarah di Jeddah, Arab Saudi (1/1). (Reuters/Susan Baaghil)
Warga bermain bola di daerah kota tua bersejarah di Jeddah, Arab Saudi (1/1). (Reuters/Susan Baaghil)

Kota tua dengan bangunan-bangunan bersejarah di Jeddah, Arab Saudi, lapuk dan hancur karena tidak ada upaya serius memperbaikinya.

Di jantung kota pelabuhan Laut Merah di Arab Saudi, Jeddah, bangunan-bangunan tua berusia berabad-abad lamanya miring dan melengkung di atas jalan-jalan sempit di daerah bersejarah, lapuk dimakan waktu karena tidak adanya tindakan untuk melindungi mereka.

Distrik bersejarah yang ada sejak abad ketujuh, dengan rumah dari tanah dan karang dihiasi balkon kayu, merupakan satu-satunya peninggalan arsitektur tradisional Hijaz, atau Semenanjung Arab bagian barat.

Meski Jeddah sedang membangun menara tertinggi sebagai bagian modernisasi, upaya untuk melestarikan daerah tertua di kota itu telah goyah.

“Setiap kali saya berjalan melewati rumah-rumah ini, hati saya sakit,” ujar Abir AbuSulayman, warga yang tinggal di bagian yang modern di Jeddah namun telah melobi untuk perbaikan kota tua.

“Saya tidak lahir atau pernah tinggal di sini, tapi saya merasa daerah ini penting dan saya bangga kita memiliki sejarah yang nyata.”

Upaya restorasi diserahkan pada pihak swasta karena pemerintah Saudi secara hukum ikut campur merenovasi rumah-rumah yang dimiliki pribadi di distrik tersebut. Warga lokal mengatakan pemerintah tidak tampak tertarik menyelesaikan persoalan tersebut, atau untuk menyelesaikan kemacetan dalam pembiayaan perbaikan infrastruktur publik di wilayah tersebut.

Sebagai akibatnya, seperempat rumah-rumah di distrik seluas 0,25 kilometer itu telah ambruk, terbakar, atau dihancurkan dalam 10 tahun terakhir karena pemilik rumah tidak sanggup membiayai renovasi yang mahal dan tidak tertarik atau tidak mendapat insentif untuk melakukannya. Selain itu, iklim yang lembab di Jeddah pun membuat biaya perawatan sangat tinggi.

Rumah-rumah yang dulunya merupakan tempat tinggal pedagang terkaya di Jeddah sekarang menjadi permukiman kumuh untuk buruh asing yang miskin, pengemis dan imigran gelap. Dari jumlah warga sekitar 40.000 orang, kurang dari 5 persennya merupakan orang Saudi, menurut perkiraan Walikota Malak Baissa.

Upaya sebelumnya untuk mendaftarkan wilayah tersebut sebagai situs warisan dunia UNESCO, yang menurut para pejabat pemerintah akan mendorong kerja restorasi, gagal sebagian karena tidak ada rencana yang realistis.

Pemerintah berencana memasukkan kembali aplikasi ke UNESCO bulan ini, dan kali ini akan menyertakan proposal untuk mendorong pemilik rumah memperbaiki properti mereka dengan panduan ahli, serta bantuan pinjaman dan insentif keuangan lainnya, sebagaimana praktik yang biasa dilakukan di negara lain untuk proyek-proyek restorasi besar.

“Kami optimistis bahwa jika sudah terdaftar, semua orang akan bangkit dan bersemangat melakukan restorasi,” ujar Abdulgader Amir, wakil walikota untuk perencanaan strategis. (Reuters/Asma Alsharif)
XS
SM
MD
LG