Korea Utara berpacu dengan waktu untuk mendongkrak persediaan listrik sampai 50 persen dengan menyelesaikan beberapa stasiun pembangkit pada akhir tahun.
Negara miskin itu juga mendorong sumber-sumber daya alternatif seperti tenaga matahari, yang telah digunakan secara ekstensif di pedesaan, untuk mengatasi kekurangan listrik yang kronis, menurut seorang ahli pemerintah kepada Associated Press di Pyongyang.
Dalam kampanye yang tidak biasanya terbuka kepada publik, Korea Utara telah memobilisasi banyak pasukan untuk menyelesaikan dua proyek besar pembangkit listrik tenaga air pada 10 Oktober.
Seperti halnya dengan proyek-proyek konstruksi besar di Korea Utara, tenggat waktunya adalah tanggal signifikan secara nasional: ulang tahun ke-70 partai penguasa.
Para pejabat berharap peningkatan yang terlihat akan memberikan bukti nyata bahwa partai tersebut bekerja untuk memperbaiki standar kehidupan di negara miskin yang terkena sanksi berat itu.
Kim Kyong Il, seorang peneliti di Akademi Ilmu Sosial di Pyongyang, mengatakan targetnya adalah peningkatan pasokan listrik sebesar 20 sampai 50 persen dibandingkan tingkat tahun 2014. Seberapa efektif "kampanye kecepatan tinggi" ini masih jadi pertanyaan.
Bahkan jika target ini tercapai, jumlahnya hanya sebagian kecil dari kebutuhan untuk mendorong ekonomi menjadi lebih dinamis atau bahkan memenuhi beberapa kebutuhan dasar penduduk.
Para ahli menekankan bahwa Korea Utara perlu lebih dari sekedar pembangkit listrik. Negara itu harus meningkatkan infrastrukturnya untuk menyediakan listrik di tempat yang membutuhkan, mengamankan peralatan dan melakukan perawatan berkelanjutan untuk membuat pembangkit-pembangkit itu tetap bekerja.
