Tautan-tautan Akses

Jelang Libur Lebaran, Hotel di Bali Mulai Tolak Wisatawan


Pada saat musim liburan lebaran, Bali selalu kebanjiran wisatawan, sehingga hotel-hotel kewalahan melayani permintaan (foto: dok.).
Pada saat musim liburan lebaran, Bali selalu kebanjiran wisatawan, sehingga hotel-hotel kewalahan melayani permintaan (foto: dok.).

Tingginya tingkat kunjungan di Bali saat lebaran menyebabkan beberapa hotel mulai menolak pemesanan kamar hotel oleh wisatawan.

Menjelang liburan Lebaran, tingkat hunian hotel di Bali kini mulai penuh. Bahkan beberapa hotel di kawasan wisata favorit seperti Kuta, Nusa Dua dan Sanur telah melakukan penolakan pemesanan kamar yang dilakukan oleh wisatawan.

Penuhnya tingkat hunian kamar tidak saja terjadi pada hotel berbintang, tetapi juga terjadi pada hotel kelas melati. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata Bali Ida Bagus Subhiksu saat ditemui di Denpasar pada Sabtu siang.

Namun menurut Subhiksu secara rata-rata tingkat hunian hotel di Bali secara keseluruhan masih mencapai angka 80 persen karena persebaran wisatawan di Bali belum merata. Apalagi pembangunan infrastruktur juga belum merata di seluruh Bali.

Subhiksu mengatakan, “Kemarin kami sudah cek hotel melati di Kuta, mulai menolak dia, hotel kecil dia. Yang jumlahnya tidak lebih dari 20-30 kamar, tetapi yang paling penting sebenarnya adalah distribusi infrastruktur kita, kita masih lemah di infrastruktur.”

Subhiksu menyebutkan pada liburan Lebaran tahun ini pemesanan kamar hotel oleh wisatawan telah mulai dilakukan sejak dua minggu yang lalu. Kondisi ini juga diakui Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata (ASITA) Wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur Bagus Sudibya. Bahkan menurut Sudibya, tingkat hunian hotel di Bali 60 persen di dominasi oleh wisatawan domestik.
“Jadi domestik masih memegang kontribusi hampir sekitar 60 persen, di tingkat hunian hotel juga sama, oleh karena walaupun mereka sebagian besar menggunakan city hotel tetapi itu tetap hotel, malah menurut saya itu lebih menguntungkan pengusaha lokal ,” ujar Sudibya.

Bagus Sudibya mengusulkan adanya kenaikan harga bagi hotel-hotel di kawasan wisata favorit seperti Kuta, Nusa Dua, Sanur dan Ubud agar persebaran wisatawan di Bali semakin merata.

Bagus Sudibya menambahkan, “Umpamanya kita perlu meningkatkan harga kita, kalau umpamanya demand-nya tinggi (sedang) supply terbatas , maka harga dinaikkan, itu teori ekonomi, pemerataan juga terjadi. Tatkala umpamanya hotel di Kuta dan legian menaikkan harga sehingga dianggap harganya tinggi , mungkin dia akan pergi ke Candidasa atau Lovina untuk mencari hotel yang lebih murah.”

Berdasarkan data ASITA secara rata-rata tingkat kunjungan wisatawan domestik ke Bali per tahunnya mencapai 6-7 juta orang wisatawan.

XS
SM
MD
LG