Tautan-tautan Akses

Investigator Selidiki Motif Aksi Penembakan di Oregon


Petugas polisi setempat menjaga apartemen di mana tersangka penembak Chris Harper Mercer tinggal di Roseburg, Oregon, Jumat (2/10).
Petugas polisi setempat menjaga apartemen di mana tersangka penembak Chris Harper Mercer tinggal di Roseburg, Oregon, Jumat (2/10).

Para penyelidik sedang berusaha mengetahui mengapa seorang lelaki bersenjata melakukan penembakan massal di kampus sebuah perguruan tinggi di kawasan perdesaan di bagian selatan Oregon. Sementara itu masyarakat setempat berkabung atas jatuhnya korban dan menghibur mereka yang selamat dari penembakan.

Sherif Douglas County John Hanlin mengatakan kepada para wartawan di Eugene, Oregon, Jumat pagi bahwa para investigator semalaman berada di Umpqua Community College dan apartemen penembak di dekat kampus itu.

Hanlin mengatakan kepada CNN, para penyelidik semalaman berupaya mendatangi tetangga dan teman-teman pelaku, dan bahwa mereka masih mengolah barang bukti dari lokasi kejadian.

Para pejabat mengidentifikasi pelaku sebagai Chris Harper Mercer yang berusia 26 tahun dan menyatakan bahwa ia melepaskan tembakan di kampus perguruan tinggi itu hari Kamis, sehingga menewaskan sembilan orang dan melukai tujuh lainnya sebelum tewas dalam baku tembak dengan polisi.

Para pejabat penegak hukum mengatakan Mercer memiliki tiga senjata api, sedikitnya satu di antaranya berlaras panjang, dan bahwa yang lainnya diduga senjata genggam. Hanlin mengatakan para penelidiki akan melansir rincian tentang jumlah dan jenis senjata itu pada hari Jumat.

Polisi juga berencana menyelidiki posting di blog pelaku untuk menentukan motif serangannya.

Sementara itu, para saksi mata penembakan tersebut mengatakan, pelaku menarget orang-orang Kristen. Sedikitnya dua saksi mata menyatakan pelaku menanyai para korbannya apakah mereka beragama Kristen sebelum menembak mereka.

Hanlin, mengambil langkah yang tidak biasa, menyatakan, secara pribadi ia tidak akan memberi publisitas yang tidak semestinya untuk Mercer dengan menyebut namanya.

“Saya tidak akan memberinya ketenaran yang mungkin ia inginkan sebelum melakukan perbuatan mengerikan dan pengecut ini,” kata Hanlin hari Kamis, seraya mendorong mendorong para awak media agar tidak menyebut, mengulangi atau membesar-besarkan nama si penembak begitu nama pelakunya dikukuhkan.

Presiden Barack Obama dengan marah menanggapi penembakan itu beberapa jam kemudian, dengan tampil di televisi seraya meminta rakyat Amerika agar mendorong Kongres untuk meloloskan undang-undang mengenai senjata api yang “masuk akal.” Ia mengatakan mayoritas warga Amerika, termasuk para pemilik senjata api yang taat hukum, menginginkan undang-undang yang lebih keras.

Obama mengatakan rakyat Amerika semakin tidak peka terhadap apa yang telah menjadi kejadian rutin di Amerika, yaitu penembakan massal, yang disusul dengan pernyataan Gedung Putih, dan tanggapan oleh mereka yang menentang pengawasan senjata api yang lebih ketat. Ia mengatakan argumen bahwa semakin banyak senjata api akan membuat rakyat lebih aman tidak dinyatakan dengan sejujurnya.

Obama mengimbau rakyat pemilih agar mengingat siapa yang mendukung dan menentang undang-undang senjata api dalam pemilu tahun depan. [uh]

XS
SM
MD
LG