Tautan-tautan Akses

Indonesia Sambut Baik Gencatan Senjata di Gaza


Juru bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tenne. (VOA/Andylala Waluyo)
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tenne. (VOA/Andylala Waluyo)

Pemerintah Indonesia menyambut baik gencatan senjata di Jalur Gaza, namun para pengamat memperkirakan gencatan senjata tak akan bertahan lama.

Pemerintah melalui Kementrian Luar Negeri menyatakan Indonesia menyambut baik tercapainya gencatan senjata di Jalur Gaza yang telah efektif berlaku sejak Rabu malam (21/11) waktu setempat atau Kamis (22/11) dini hari Waktu Indonesia Barat.

Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Michael Tenne kepada VOA mengatakan sejak berkecamuknya konflik di Jalur Gaza pekan lalu, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah intensif melalui berbagai forum untuk mendorong semua pihak terkait agar segera menghentikan aksi militer guna menghindari jatuhnya korban penduduk sipil, dan memulai kembali proses perdamaian melalui perundingan.

Pemerintah Indonesia, menurut Michael, juga mendorong dimulainya kembali negosiasi proses perdamaian di Timur Tengah, selaras dengan resolusi-resolusi yang dikeluarkan PBB untuk mewujudkan negara Palestina merdeka yang hidup berdampingan secara aman dan damai dengan negara-negara tetangganya.

“Kita mendesak agar kedua belah pihak untuk menahan diri dari aksi-aksi militer yang bisa memperburuk situasi dan terutama kedepannya agar tidak ada atau bertambahnya lagi korban sipil. Kita juga meminta agar Dewan Keamanan PBB sesuai dengan mandat yang dimilikinya agar mengambil langkah-langkah yang lebih kongkrit untuk meredakan situasi di kawasan tersebut,” ujar Michael.

Ia menambahkan, upaya itu telah dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-21 ASEAN dan KTT terkait lainnya di Phnom Penh 18-20 November.

Pengamat geopolitik Timur Tengah dari Universitas Nasional Suryo Ari Bowo kepada VOA mengatakan, gencatan senjata Israel – Palestina hanya bersifat sementara.

“Ya ini hanya sekedar jeda saja. Karena ini dilakukan sebenarnya dari 2008, sejak occupatie besar-besaran yang dilakukan oleh Israel melalui blokade laut di wilayah Gaza dan sebagainya,” ujar Suryo.

“Kalau sekarang malah menurut Israel Defense Force, mereka (Israel) tengah melakukan operation pillar of defense selama perang delapan hari kemarin, untuk melindungi warganya atas serangan dari luar,” ujarnya.

Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra juga memperkirakan gencatan senjata antara Israel dan Palestina di Jaur Gaza tidak akan bertahan lama. Menurutnya, tidak tertutup kemungkinan waktu yang ada selama kesepakatan gencatan senjata dipakai untuk memperkuat kekuatan militer oleh kedua belah pihak.

Di sela-sela pembukaan kegiatan parlemen tentang dialog antar-agama di Nusa Dua, Bali, pada Kamis (22/11), Azyumardi mengatakan permasalahan pokok yang harus diselesaikan selama gencatan senjata termasuk pengembalian wilayah Palestina yang dijadikan pemukiman ilegal oleh Israel dan status Yerusalem.

“Kalau Yerusalem masih dijadikan ibukota oleh Israel maka masalahnya tidak akan selesai. Begitu juga pada pihak Palestina. Palestina sendiri juga harus mengakui eksistensi Israel, sebab tidak mungkin penyelesaian masalah itu tanpa adanya pengakuan. Saya kira itu isu pokok yang belum diselesaikan,” ujar Azyumardi.

Pemerhati masalah Timur Tengah Guntur Romli kepada VOA mengatakan proses mediasi yang dilakukan oleh Liga Arab, Amerika Serikat, PBB, dan khususnya Mesir, terbukti efektif menghentikan konflik bersenjata di wilayah itu. Menurutnya, kepemimpinan kelompok Ikhwanul Muslimin di Mesir, bisa diterima oleh pihak yang berkonflik.

“Karena kalau kita bandingkan dengan konflik pada 2008-2009 yang berlangsung selama 22 hari, ini menunjukkan bahwa pasca Arab Spring ada perubahan kepemimpinan di Mesir dan Tunisia, itu berdampak pada kepercayaan pihak yang berkonflik di Gaza,” ujar Guntur.

“Presiden Husni Mubarak yang selama pemerintahannya juga menjadi mediator perdamaian, sayangnya ia tidak dipercaya di Gaza khususnya kelompok Hamas. Nah sekarang setelah Mesir dipimpin oleh kelompok Ikhwanul Muslimun melalui Presiden Mohammed Mursi, ada perubahan ya, Hamas mau mendengarkan dan menerima gencatan senjata dengan Israel.”

Namun Guntur Romli berpendapat, gencatan senjata ini tidak serta merta menghentikan konflik antara Israel dengan Palestina. Karena Israel masih akan terus melakukan blokade terhadap Gaza dari perbatasan khususnya dari laut.

Presiden Persatuan Parlemen Organisasi Kerjasama Islam (PUIC), Marzuki Alie, berharap Israel dan Palestina memulai dialog guna mengakhiri perang di Jalur Gaza, apalagi telah banyak korban jatuh.

“Masyarakat internasional sangat prihatin dan mengharapkan kedua belah pihak dapat mengendalikan diri dan memulai lagi dialog untuk terwujudnya perdamaian. Atas dasar itu dan sebagai wujud amanah kepemimpinan saya selaku presiden PUIC, kami merencanakan untuk melaksanakan sidang darurat dan akan melakukan kunjungan langsung ke Jalur Gaza dalam waktu dekat ini,” ujar Marzuki.

Recommended

XS
SM
MD
LG