Tautan-tautan Akses

Co-Pilot Germanwings Sembunyikan Gangguan Medis, Kemungkinan Depresi


Andreas Lubitz saat lari setengah marathon di Hamburg, 2009.
Andreas Lubitz saat lari setengah marathon di Hamburg, 2009.

Co-pilot yang diyakini oleh penyelidik sengaja menabrakkan pesawat Germanwings hingga jatuh di pegunungan Alpen dan menewaskan 150 orang, ternyata selama ini menyembunyikan penyakit yang ia derita dari maskapai yang tersebut. Demikian menurut jaksa penuntut Jerman, Jumat (27/3).

Para penyelidik menemukan nota cuti sakit yang disobek-sobek, di rumah Andreas Lubitz, 27 tahun, di dua kota di Jerman, termasuk salah satunya yang mengizinkan ia tidak bekerja pada hari pesawatnya jatuh. Lutfhansa mengatakan tidak pernah menerima nota tersebut dari Lubitz.

Sebuah pernyataan dari jaksa mengatakan dokumen-dokumen yang ditemukan mengindikasikan ia menderita gangguan medis dan menjani perawatan yang sesuai dengan kondisinya.

Pernyataan tersebut tidak menyebut apa gangguan kesehatannya, tapi berbagai laporan media menyebut Lubitz menderita depresi.

Polisi Jerman pada hari Jumat menggeledah dua tempat tinggal Lubitz: sebuah apartemen di Dusseldorf, dan rumah orang tuanya di Montabour, sebuah kota kecil di Jerman.

Sehari sebelumnya, jaksa penuntut Marseilles di Perancis Brice Robin mengatakan kepada pers bahwa hasil penyelidikan menunjukkan bahwa Lubitz menjatuhkan pesawat setelah mengunci kapten pesawat di luar kokpit.

Lutfhansa berlakukan peraturan baru

Lutfhansa, maskapai induk Germanwings, mengumumkan Jumat, akan peraturan baru yang mewajibkan dua awak pesawat untuk berada di kokpit setiap saat.

Amerika Serikat sudah mengimplementasi regulasi penerbangan tersebut sejak serangan 11 September 2001. Seorang awak harus duduk di kokpit bila pilot atau co-pilot meninggalkan kokpit, seperti bila mereka harus menggunakan toilet.

Maskapai-maskapai lain mengambil langkah yang sama, seperti Air Canada, yang mengumumkan protokol baru tersebut Kamis.

Jaksa Perancis Robin mengatakan rekaman audio kokpit menunjukkan bahwa Lubitz sendirian berada di kokpit, membawa pesawat menukik dengan kecepatan 700 kilometer per jam pada delapan menit terakhir sebelum pesawat jatuh berkeping-keping.

Penggeladahan tempat tinggal co-pilot

Polisi Jerman membawa kardus-kardus berisi barang milik Andreas Lubitz, dari apartemennya di Duesseldof, untuk diperiksa sebagai barang bukti.
Polisi Jerman membawa kardus-kardus berisi barang milik Andreas Lubitz, dari apartemennya di Duesseldof, untuk diperiksa sebagai barang bukti.

​Polisi Jerman menggeledah dua lokasi tempat tinggal co-pilot: sebuah apartemen di Dusseldorf dan rumah orang tuanya di Montabour.

Petugas berwenang mengatakan Lubitz tidak masuk dalam daftar orang yang dipantau atas dugaan terkait potensi terorisme.

Tapi media Jerman melaporkan Lubitz pernah berhenti dari aktivitasnya karena "lelah" ataupun depresi.

Mattias Gebaur, koresponden harian Jerman Der Spiegel mengutip seorang teman sekelas Lubitz di sekolah penerbangan, mengatakan Lubitz berhenti selama enam bulan dari pelatihan di tahun 2009 karena ia lelah. Surat kabar Jerman Bild mengeluarkan laporan serupa, menulis bahwa Lubitz menjalani perawatan untuk depresi.

CEO Lutfhansa Carsten Spohr mengatakan ia tidak tahu apakah isu medis mendorong Lubitz untuk berhenti dari pelatihan, karena peraturan privasi di Jerman melarang informasi tersebut dirilis ke publik. Ia mengatakan tes medis Lubitz mengindikasikan ia "100 persen fit untuk terbang" tanpa ada pembatasan. ​

Sphor mengaku terkejut dengan kesimpulan jaksa Perancis bahwa Lubitz dengan sengaja menabrakkan pesawat. Ia mengatakan maskapainya memilih staf dengan "sangat, sangat berhati-hati."

Lubitz diterima di program pelatihan pilot Lufthansa yang berdurasi 1,5 hingga dua tahun.

XS
SM
MD
LG