Tautan-tautan Akses

AIDS Hadapkan Penganut Kristen pada Dilema


Ketika epidemi AIDS terjadi dalam dasawarsa 1980-an, sebagian pemuka agama Kristen mengutuk mereka yang terkena virus HIV, namun sikap itu kemudian berubah, sebagian, karena adanya pendeta-pendeta yang ternyata terkena virus penyebab AIDS itu (foto: dok.)
Ketika epidemi AIDS terjadi dalam dasawarsa 1980-an, sebagian pemuka agama Kristen mengutuk mereka yang terkena virus HIV, namun sikap itu kemudian berubah, sebagian, karena adanya pendeta-pendeta yang ternyata terkena virus penyebab AIDS itu (foto: dok.)

AIDS menghadapkan banyak penganut Kristen pada dilemma: Apakah penderita HIV harus dikutuk karena tingkah laku yang berisiko, atau apakah harus ditolong?

Ketika epidemi AIDS terjadi dalam dasawarsa 1980-an, sebagian pemuka agama Kristen mengutuk mereka yang terkena virus HIV. “AIDS bukan hanya hukuman Tuhan bagi orang-orang homoseksual, tetapi juga bagi masyarakat yang bertenggang rasa kepada orang-orang homoseksual,” kata pengabar Injil Jerry Falwell.

Namun sikap itu kemudian berubah, sebagian, karena adanya pendeta-pendeta yang ternyata terkena virus penyebab AIDS itu.

Christo Greyling, pendeta Gereja Dutch Reformed, dari Afrika Selatan, adalah penderita hemofilia. Jemaatnya bersikap tenang ketika diberitahu ia terkena HIV dari transfusi darah yang tercemar.

“Kemudian satu orang datang kepada saya setelah misa, dan mengatakan, “Saya bersimpati karena Anda terkena HIV tanpa mengetahuinya. Tetapi orang-orang yang terkena melalui hubungan seks, mereka yang menulari diri sendiri,” kenang Greyling dalam sebuah wawancara pada konferensi AIDS itu. “ Itu menyadarkan saya karena sebagai orang beriman dan pemimpin gereja kita tidak bisa memisah-misahkan manusia.”

Tahun 2006 Greyling membantu mendirikan INERELA, organisasi pemuka agama yang mengidap HIV yang berkantor di Afrika. Organisasi beranggotakan 7.000 orang dari seluruh dunia dengan beragam keyakinan.

Greyling juga menjadi direktur penyakit menular dan HIV pada World Vision, salah satu organisasi misionari terbesar dunia, di mana ia memberi penyuluhan kepada para pemuka agama untuk memberantas diskriminasi terhadap penderita HIV. Ia mengatakan kondom harus menjadi bagian dari pemberantasan terhadap epidemi itu.

“Tuhan ingin kita hidup sesuai dengan aturannya – selibat, tidak selingkuh,” katanya. “Namun kita sadar tidak semua orang bisa melakukannya.”

Dalam konferensi itu, Greyling berbicara pada pertemuan para pengabar Injil dan pemuka Kristen lainnya yang prihatin akan penyakit AIDS.
XS
SM
MD
LG