Tautan-tautan Akses

SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI


Tsunami adalah serangkaian gelombang raksasa yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Peluang orang yang tinggal di dekat asal tsunami untuk selamat, jauh lebih kecil daripada orang yang tinggal jauh dari asal tsunami. Tetapi tsunami di Samudera Hindia hari Minggu yang lalu, menelan ribuan korban di tempat-tempat yang letaknya ribuan kilometer dari asal tsunami. Para pakar mengatakan, itu dapat dihindari seandainya kawasan itu memiliki sistem peringatan dini seperti di Samudera Pasifik.

Tsunami sering disebut sebagai gelombang pasang, tetapi ini tidak ada kaitannya dengan air pasang. Tsunami adalah gelombang di bawah permukaan laut yang sering terjadi karena pergeseran tiba-tiba dasar laut, akibat gempa bumi.

Tsunami bergerak dengan kecepatan mirip dengan pesawat jet, dari 600 sampai 1000 kilometer per jam. Dengan kecepatan itu, tsunami hari Minggu yang lalu mencapai Sri Lanka dalam waktu dua jam, India dalam tiga jam dan pantai timur Afrika dalam lima jam.

Namun demikian, gelombang-gelombang raksasa menewaskan orang di tempat-tempat yang begitu jauh, yang tidak menduga datangnya bencana. Pakar geofisika Dinas Survai Geologi Amerika, Waverly Person mengatakan dalam acara televisi NBC Today, ini adalah karena di kawasan itu tidak ada system sensor air yang dapat memberikan peringatan akan datangnya tsunami.

Waverly Person mengatakan: “Seandainya ada alat itu, orang-orang yang berada jauh dari pusat gempa dapat diselamatkan, karena alat ini akan mendeteksi adanya tsunami dan memperingatkan agar orang menjauh dari pantai. Alat ini tidak dapat mengetahui besarnya gelombang yang datang, tapi dapat memberitahu kira-kira kapan gelombang itu tiba di suatu tempat.”

Alat peringatan dini seperti itu sudah dipasang di Samudera Pasifik tidak lama setelah tsunami memporakporandakan Hawaii tahun 1946. Markas besar di Hawaii dilengkapi pusat-pusat peringatan dini di Rusia dan Jepang, dan sebuah jaringan regional yang terfokus pada kawasan Alaska dan pantai barat Amerika. Sistem itu memantau ratusan sensor yang dipasang di dasar laut, yang mendeteksi gampa bumi dan gerakan air, dan ratusan alat di garis pantai yang mengukur kecepatan dan ketinggian tsunami.

Paul Whitmore dari Pusat Peringatan Dini Tsunami di Alaska mengatakan, jaringan itu dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu 10 menit setelah terjadinya gempa bumi. Sepuluh tahun yang lalu, peringatan baru dapat dikeluarkan satu jam setelah gempa.

Organisasi Pendidikan, Sains dan Kebudayaan PBB yang mengawasi sistem peringatan tsunami Pasifik mengatakan, Pusat Informasi Tsunami Internasional telah terlibat dalam kegiatan di luar Pasifik dalam beberapa tahun ini, karena negara-negara Pasifik Selatan, Samudera India dan Laut Tengah minta tolong mengembangkan program-program peringatan dini di kawasan mereka.

Tetapi Waverly Person dari Dinas Survai Geologi Amerika mengatakan, mungkin karena di Samudera Hindia jarang sekali terjadi tsunami besar, sistem peringatan dini belum dipasang di sana.

Waverly Person mengatakan: “Yang mereka alami sebelumnya adalah tsunami lokal, tidak pernah sehebat tsunami hari Minggu yang lalu. Mungkin orang berfikir bahwa karena jarang ada tsunami besar, sistem peringatan dini tidak diperlukan.”

Para pakar mengemukakan bahwa sistem peringatan tsunami Pasifik tidak dapat diandalkan sepenuhnya, terutama bagi penduduk pantai di dekat pusat gempa. Paul Whitmore mengatakan, mereka harus selalu waspada: “Sistem peringatan yang ada sekarang, dapat menolong penduduk yang tinggal 30 menit, 40 menit, atau satu jam jauhnya dari asal tsunami. Kita dapat memperingatkan mereka. Tetapi sebagian besar orang yang tewas akibat tsunami tinggal di pantai. Peringatan mungkin tidak sampai kepada mereka cukup cepat. Jadi orang yang tinggal dekat pantai harus tahu bahwa kalau mereka merasakan adanya gempa yang kuat, mereka harus meninggalkan pantai, tanpa menunggu peringatan.” (voa/djoko santoso)

XS
SM
MD
LG