Tautan-tautan Akses

Warga AS Keturunan Asia Taklukkan Bias dalam Industri Film


Ang Lee saat menerima penghargaan sebagai sutradara terbaik untuk film "Life of Pi" dalam Academy Awards 2013 di Dolby Theatre, Los Angeles (24/2). (AP/Chris Pizzello/Invision)
Ang Lee saat menerima penghargaan sebagai sutradara terbaik untuk film "Life of Pi" dalam Academy Awards 2013 di Dolby Theatre, Los Angeles (24/2). (AP/Chris Pizzello/Invision)

Seperti banyak warga Amerika keturunan Asia di Hollywood, sutradara kelahiran Taiwan, Ang Lee, berjuang supaya diterima dalam awal karirnya.

Tahun ini, Ang Lee mendapat piala Oscar keduanya sebagai sutradara terbaik untuk filmya "Life of Pi," menyusul kemenangannya pada 2005 untuk film "Brokeback Mountain."

"Life of Pi" sendiri meraih penjualan terbesar di antara sembilan nominasi film terbaik lainnya, menghasilkan lebih dari US$570 juta dari penjualan tiket, banyak diantaranya dari luar Amerika Serikat.

Namun kesuksesan Lee tidak diraih dalam semalam. Aktris veteran kelahiran Tiongkok Lisa Lu mengenang bagaimana perjuangan Lee mendapat pengakuan ketika ia masih menjadi mahasiswa film di New York University pada awal 1980an.

Aktris kelahiran Tiongkok Lisa Lu pada premier film "Dangerous Liaisons" di Festival Film Internasional Toronto 2012. (AP)
Aktris kelahiran Tiongkok Lisa Lu pada premier film "Dangerous Liaisons" di Festival Film Internasional Toronto 2012. (AP)
“Ia meminta saya melihat film untuk tesisnya, dan saya bisa melihat dari film itu bahwa ia sangat berbakat," ujar Lu. "Jadi dari situ, kita menjadi kawan baik, dan saya mencoba mengenalkannya pada semua orang, tapi waktunya terlalu dini. Saat itu tidak ada yang mau berurusan dengan segala sesuatu berbau Tiongkok."

Lee kemudian meraih sukses internasional karena menyutradarai film-film seperti "Crouching Tiger, Hidden Dragon" dan "Sense and Sensibility."

Lu bermaindalam film thriller "Lust Caution" garapan Lee pada 2007, untuk peran yang khusus dibuat Lee untuknya.

“Saya sangat bangga dengannya, karena ia berjuang selama 10 tahun sebelum ada pengakuan. Dan ia sangat berbakat serta berdedikasi pada film," ujar Lu.

Karir Lu sendiri berevolusi selama beberapa dekade. Lahir di Beijing pada 1927, ia pindah ke California pada 1956. Lu menjadi bintang kelahiran Tiongkok pertama yang bekerja di Hollywood dalam film layar lebar dan televisi, termasuk film televisi "Have Gun-Will Travel" dan "Yancy Derringer." Ia juga membintangi film perang "The Mountain Road" bersama James Stewart.

"Pada 1959, (studio) Columbia (Pictures) mencari aktris pemeran utama, berdarah Tiongkok dan berpendidikan," kenang Lu. "Ini bukan seperti peran-peran sebelumnya sebagai buruh kasar. Ini peran perempuan terdidik dari Radcliffe (bagian Harvard University]."

Film tersebut dibuat di Arizona. "Pada masa itu kita tidak dapat pergi ke Tiongkok dan latar belakang cerita adalah Chengdu di masa perang," ujar Lu. "Di Chengdu, pemandangannya sangat mirip dengan Phoenix, jadi kita pergi ke pegunungan dekat sana untuk syuting film ini.

Peran untuk aktris-aktris Tiongkok pada 1950an terbatas, menurut Lu.

"Pada saat itu, tidak ada komunikasi, jadi para penulis tidak mengerti Tiongkok itu seperti apa," ujarnya. "Jadi mereka menulis tentang pekerja kasar atau buruh cuci atau dragon lady atau perempuan penggoda yang memiliki restoran."

Dan mengapa aktris-aktris Asia sering mendapat stereotip sebagai perempuan penggoda?

"Saya kira untuk televisi menarik karena ada tokoh perempuan cantik yang licik dan ini karakter menarik untuk membuat drama. Karakter ini eksotik dan saya pernah memerankannya beberapa kali," ujar Lu.

Aktris Amerika keturunan Tiongkok yang paling terkenal di Hollywood pada masa itu adalah Anna May Wong, yang membintangi film-film pada 1920an dan 1930an, termasuk "Shanghai Express" dan "Daughter of the Dragon."

Anna May Wong sebagai Turandot, 1937.
Anna May Wong sebagai Turandot, 1937.
Keluarga Lisa See yang merupakan warga Amerika keturunan Tiongkok kenal dengan Wong, tapi aktris dan perempuan yang nantinya jadi penulis itu tidak pernah bertemu. Wong adalah karakter dalam dua buku See, "Shanghai Girls" dan "On Gold Mountain."

See mengatakan nenek kakeknya meminjamkan meubel dan artifak China lainnya untuk studio-studio film, dan kakeknya merupakan salah satu sahabat terdekat Wong. "Ayah saya, ketika ia masih remaja, suka datang ke apartemen Wong, dan mereka minum-minum serta bermaik poker, dan saya sekarang memiliki beberapa potong pakaiannya," ujarnya.

Menurut See, Wong lahir di Los Angeles dan tumbuh di sana.

"Ayahnya tukang binatu, dan Wong mulai bekerja saat ia berusia 13 tahun. Jika Anda lihat film-filmnya, Anda dapat melihat bahwa ia benar-benar memiliki bakat yang luar biasa," ujarnya.

Namun Kode Produksi Film di AS, yang melarang penggambaran cinta antara ras, membatasi karir akting Wong.

"Ia bahkan tidak diizinkan mencium sang pahlawan. Akhirnya ia pergi ke Eropa, tempat ia dapat memiliki karir yang lebih besar," ujarnya.

See meyakini bahwa pukulan terberat untuk Wong terjadi ketika ia dilarang memainkan peran utama sebagai O-lan dalam film tahun 1937 yang diambil dari novel Pearl S. Buck "The Good Earth." Film tersebut berisikan aktor-aktor non-Asia untuk peran utamanya, pilihan yang dilihat See "mematahkan hati Wong."

Wong dipilih untuk bermain dalam film "Flower Drum Song" pada 1961, mengenai keluarga China Amerika di San Francisco, namun ia meninggal pada usia 56 tahun sebelum film itu dibuat. Film-film dan fotonya terus mempengaruhi aktor-aktor dan pembuat film Amerika keturunan Asia.

Sementara itu, Lisa Lu terus bermain sebagai peran-peran yang berkarakter, terutama sebagai permaisuri Dowager Cixi yang sekarat dalam "The Last Emperor" pada 1987. Ia melobi sutradara Bernardo Bertolucci untuk peran tersebut, namun diberitahu bahwa ia memerlukan aktris yang lebih tua.

"Saya katakan bahwa Anda tidak memerlukan perempuan tua, tapi Anda perlu aktris yang handal," ujarnya. "Saya katakan saya siap melakukan uji coba dan jika Anda berpikir saya dapat melakukannya, maka masalah Anda selesai."

Lu secara rutin pulang ke Tiongkok untuk syuting film dan menghadiri acara premier, seperti untuk film "Dangerous Liaisons" di Beijing September lalu. Ini adalah versi bahasa China untuk kisah klasik Perancis abad 18 dengan tempat Shanghai pada 1931, ketika kota itu dikenal sebagai "Paris dari Timur."

Lu berharap ada kerja sama yang lebih besar antara industri film Tiongkok dan Amerika Serikat.

"Semua orang ingin datang ke Hollywood. Tapi saya kira sekarang ini dengan Internet dan komunikasi yang ada, di mana pun kita berada, jika memang berbakat, Anda akan ditemukan," ujarnya.

"Jadi saya kira Tiongkok perlu aktor dari Hollywood dan Hollywood perlu aktor dari Tiongkok." (VOA/Sarah Williams)

Recommended

XS
SM
MD
LG