Tautan-tautan Akses

Kaltim Bangun Pusat Rehabilitasi Orangutan Baru


Orangutan di Kalimantan Timur, dengan sarana rehabilitasi yang sudah tidak mencukupi lagi. (Foto: Dok)
Orangutan di Kalimantan Timur, dengan sarana rehabilitasi yang sudah tidak mencukupi lagi. (Foto: Dok)

Karena kebutuhan yang meningkat, pusat rehabilitasi baru untuk orangutan akan dibangun di Kalimantan Timur.

Lembaga swadaya masyarakat Center for Orangutan Protection (COP) telah memiliki kesepakatan resmi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur untuk membangun pusat rehabilitasi orangutan baru, karena kapasitas sarana yang sudah ada tidak lagi mencukupi.

Menurut direktur COP Hardi Baktiantoro, hingga saat ini setidaknya sudah ada 15 ekor orangutan yang membutuhkan tempat rehabilitasi. Daftarnya akan semakin banyak dan karena itu, sarana ini harus segera dibangun, ujarnya.

Peran pusat rehabilitasi sangat strategis, terutama menjadi tempat orangutan beradaptasi untuk kembali ke alam liar. Orangutan yang masuk ke sarana ini adalah mereka yang sakit, cacat, atau telah hidup dengan manusia sejak bayi sehingga tidak bisa langsung dilepaskan ke hutan.

"Mereka adalah orangutan yang menjadi korban dari pembabatan hutan untuk membuka perkebunan kelapa sawit, pada umumnya begitu. Jadi, karena hutan dibabat, orangutannya kehilangan habitat, dan induknya atau orangutan yang dewasa itu biasanya terbunuh pada waktu pembabatan hutan. Yang tersisa adalah bayi-bayinya, dan inilah yang kita rawat,” ujar Hardi kepada VOA dalam wawancara lewat telepon.

“Saat ini sudah ada satu pusat rehabilitasi orangutan di Kalimantan Timur, cuma kondisinya sudah penuh. Jadi kalau yang ini nanti dipaksakan masuk kesitu memang tidak ada tempat, dan nanti kalau dipaksakan juga akan mengganggu proses rehabilitasi yang sekarang berlangsung. Karena itu dibutuhkan satu lagi pusat rehabilitasi dan akhirnya kami membangun saat ini."

Pusat rehabilitasi orangutan yang baru ini sebagian besar dananya ditanggung oleh Orangutan Appeal, sebuah lembaga dari Inggris, yang juga akan memberikan dana bantuan operasional dalam lima tahun pertama. Pusat rehabilitasi yang sudah ada di Kalimantan Timur yang dikelola oleh Borneo Orangutan Survival Foundation yang berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan.

Tandya Tjahyana, Kepala BKSDA Kalimantan Timur kepada VOA menjelaskan, problem dasar yang dihadapi orangutan adalah persinggungan hewan ini dengan manusia. Habitat mereka sebagian besar telah berubah menjadi areal ekonomi produktif dan penyelesaian masalah ini membutuhkan jalan keluar yang tidak sederhana, ujarnya.

"Ini perlu dikaji tetapi di beberapa tempat memang dulunya merupakan rumah orangutan kemudian berubah fungsi menjadi permukiman juga menjadi perkebunan. Dulunya itu merupakan home ring orangutan, jadi mereka kemudian kembali karena merasa itu adalah rumahnya. Jadi ini juga harus kita cari pemecahannya bagaimana supaya tidak saling mengganggu,” ujar Tandya.

Meski ada problem besar, sisi positifnya menurut Tandya adalah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya pelestarian orangutan. Masyarakat dan dunia usaha kini telah ikut menjaga orangutan dengan melakukan tindakan yang terukur apabila ada hewan ini yang masuk ke perkampungan atau kawasan milik perusahaan, ujarnya.

"Kita sudah mengadakan pertemuan dengan beberapa perusahaan, mereka juga peduli. Dan beberapa perusahaan sudah bergabung dengan kita, mereka sudah siap membantu sebagai pihak yang terdepan, karena merekalah yang sebenarnya ada di lapangan langsung. Kita latih mereka, bagaimana ketika menghadapi orangutan itu lebih dini, jangan sampai terjadi tindakan yang mencelakakan orangutan,” ujarnya.

Recommended

XS
SM
MD
LG