Tautan-tautan Akses

Penelitian di AS: KB Jangka Pendek Kurang Efektif


Seperti halnya pil KB yang harus diminum setiap hari, penggunaan plester hormon yang harus diganti secara teratur juga dianggap kurang efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan (foto: dok.).
Seperti halnya pil KB yang harus diminum setiap hari, penggunaan plester hormon yang harus diganti secara teratur juga dianggap kurang efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan (foto: dok.).

Menurut penelitian baru di Amerika, metode KB jangka pendek ternyata kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibanding KB jangka panjang.

Ada sekitar enam juta kehamilan di Amerika setiap tahun, dan separuhnya merupakan kehamilan yang tidak direncanakan. Kehamilan yang tidak direncanakan itu disebabkan oleh kegagalan alat kontrasepsi, khususnya di kalangan perempuan muda yang menggunakan metode KB jangka pendek. Ini mencakup pil KB yang harus diminum setiap hari dan plester hormon yang harus diganti secara teratur.

Jeffrey Piepert, guru besar ilmu kebidanan dan ginekologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis, Missouri, mengatakan, para pakar tahu bahwa apa yang disebut metode “kontrasepsi jangka panjang” (longer-acting reversible contraceptives /LARC) memberi perlindungan lebih baik terhadap kehamilan dibanding pil atau plester.

“Yang tidak kita perkirakan adalah skala perbedaannya. Jumlah kegagalan 20 kali lipat dengan penggunaan pil, plester hormone, dan cincin KB dibanding metode LARC,” ujar Profesor Piepert.

Temuan ini berdasarkan sebuah penelitian oleh tim pakar Universitas Washington yang membandingkan metode kontrasepsi jangka panjang dengan jangka pendek.

Metode kontrasepsi LARC mencakup IUD dan susuk KB yang mengeluarkan hormone. Ada dua jenis IUD, yaitu yang mengeluarkan jumlah hormon sedikit demi sedikit dalam waktu setahun untuk mencegah terjadinya pembuahan, dan IUD dari tembaga yang membuat embrio tidak bisa tumbuh dalam rahim. IUD tembaga ini dapat dipasang selama 10 tahun. Susuk KB, yang berada di bawah kulit, berisi hormon yang mencegah ovulasi. IUD dan susuk KB harus dipasang oleh dokter.

Penelitian yang melibatkan perempuan berusia antara 14 hingga 45 tahun yang aktif dalam hubungan seks atau ingin aktif, tetapi tidak ingin hamil selama setahun ke depan.

Dalam penelitian selama tiga tahun ini 334 perempuan menjadi hamil, termasuk 156 kehamilan yang disebabkan kegagalan alat kontrasepsi. Di antara jumlah itu 133 perempuan menggunakan pil, plester KB atau cincin KB dibanding hanya 21 orang yang menggunakan IUD atau susuk selama bertahun-tahun.

Dalam wawancara dengan Jeff Dryden di Universitas Washington, Profesor Peipert mengatakan jelas mengapa metode LARC merupakan cara kontrasepsi yang paling efektif.

“Begitu dipasang, kita tidak perlu mengingat untuk mengganti cincin atau plester atau minum pil setiap hari, atau metode apapun yang bergantung pada ketaatan atau kepatuhan yang mungkin gagal karena lupa,” ujarnya.

Institut Kesehatan Nasional Amerika memperkirakan 150 juta perempuan di seluruh dunia menggunakan IUD tembaga yang tidak mahal dan mudah dipasang itu.

Artikel yang membandingkan keefektifan metode kontrasepsi jangka panjang dan jangka pendek ini diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan New England.
XS
SM
MD
LG