Tautan-tautan Akses

Peneliti AS Temukan Pendekatan Baru untuk Obati Kanker Pankreas


Para ilmuwan AS di Pusat Penelitian Kanker 'Fred Hutchinson' menemukan terobosan baru dalam pengobatan kanker pankreas.
Para ilmuwan AS di Pusat Penelitian Kanker 'Fred Hutchinson' menemukan terobosan baru dalam pengobatan kanker pankreas.

Makalah penelitian yang menguraikan pendekatan baru untuk mengobati kanker pankreas ini dimuat dalam jurnal "Cancer Cell."

Sejumlah pengobatan bagi banyak penyakit kanker semakin ampuh setelah bertahun-tahun, kecuali satu yaitu kanker pankreas.

Sunil Hingorani dari Pusat Penelitian Kanker di Seattle mengatakan, "Kematian akibat kanker pankreas tergolong yang tertinggi dalam satu tahun pertama dan tahun kelima dibandingkan dengan kanker yang manapun juga."

Lebih jauh, ia mengatakan bahwa hal ini merupakan teka-teki bagi para ilmuwan yang meneliti kanker pankreas. Obat-obat kemoterapi berkekuatan tinggi yang membunuh sel kanker pankreas di laboratorium hampir tidak berguna bagi pasien kanker.

Para ilmuwan mengamati bagaimana tumor di dalam pankreas melapisi dirinya dengan bahan kolagen mirip jaringan parut. Lapisan kolagen ini memberi tekanan pada pembuluh darah yang mengalirkan darah ke tumor, menghancurkan banyak pembuluh darah itu dan merintangi bukan hanya aliran darah, tetapi juga penyaluran obat kemoterapi.

"Jadi, dengan cara ini, tumor itu benar-benar mengisolasi diri dari peredaran darah, dan ketika kami hendak menyuntikkan obat-obat ini melalui pembuluh darah, obat-obat itu melewati saja tumor tersebut dan pergi ke tempat lain," papar Hingorani.

Jadi, masalahnya mungkin bukan karena obat kemoterapi itu tidak mempan, tetapi hanya karena obat itu tidak mencapai sasarannya.

Untuk mengetahui jawabannya, Hingorani dan rekan-rekannya menggunakan tikus yang direkayasa secara genetika sebagai pengganti pasien manusia yang mengidap kanker pankreas. Mereka memberi tikus hasil rekayasa itu obat kemoterapi standar,gemcitabine, ditambah enzim PEGPH20 yang dirancang untuk membuka pembuluh darah yang amblas itu yang mengalirkan darah ke tumor tersebut.

Hingorani memaparkan, "Kami mendapati pada setiap hewan yang kami uji coba, tumornya mengecil atau, setidaknya, tidak bertambah besar. Kami mendapati bahwa secara menyeluruh kemungkinan untuk bertahan hidup meningkat sekitar 70 persen , tidak sampai dua kali lipat, tetapi sekitar itu."

Tentu saja, apa yang berhasil pada tikus belum tentu berhasil pada manusia, oleh karena itu tim peneliti tersebut memulai uji coba pada manusia. Hingorani mengatakan optimistik, tetapi memperingatkan, akan diperlukan waktu satu atau dua tahun sebelum hasilnya tersedia dari uji coba pada manusia itu.

Namun, jika semua berjalan sesuai yang diharapkan oleh tim peneliti, kemoterapi ini tidak hanya akan lebih manjur, tetapi mungkin juga lebih kecil efek sampingnya yang buruk itu. Ini karena kalau lebih banyak obat yang mencapai tumor, para dokter mungkin dapat menggunakan obat-obat kemoterapi berkekuatan tinggi itu dalam jumlah kecil.

Makalah penelitian yang menguraikan pendekatan baru untuk mengobati kanker pankreas ini dimuat dalam jurnal "Cancer Cell."
XS
SM
MD
LG