Tautan-tautan Akses

Sejumlah WNI Bergabung dengan Grup-grup pro-ISIS di Filipina


Militan Abu Sayyaf di Basilan, Filipina. (Foto: Dok)
Militan Abu Sayyaf di Basilan, Filipina. (Foto: Dok)

Penggerebekan atas simpatisan ISIS telah membuat banyak warga radikal di Indonesia menempuh jalur laut ke Filipina, membuat pelacakan gerakan mereka semakin sulit.

Para pendukung kelompok militan Negara Islam (ISIS) dari Indonesia pergi untuk bergabung dengan mitra mereka di Filipina, memunculkan kekhawatiran mengenai kekerasan lintas perbatasan, menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Selasa (25/10).

Pihak berwenang di Asia Tenggara telah meningkatkan kewaspadaan sejak serangan senjata dan bom mengguncang Jakarta Januari lalu dan menandai kehadiran ISIS di wilayah ini untuk pertama kalinya.

“Beberapa (pendukung ISIS dari Indonesia) menjalani pelatihan di Filipina,” ujar A. Syamsu dari BNPT. “Tidak ada jumlah yang pasti tapi mungkin ada puluhan.”

Otoritas di seluruh wilayah tahun lalu merazia simpatisan ISIS yang berusaha pergi ke Suriah. Hal itu memaksa banyak radikal di Indonesia untuk menempuh jalur laut untuk pergi ke Filipina, sehingga melacak gerakan mereka menjadi lebih sulit lagi, ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam wawancara minggu lalu.

Ahli terorisme yang berbasis di Jakarta, Sidney Jones, dalam sebuah laporan yang merinci kaitan-kaitan antara jaringan radikal di Indonesia, Malaysia dan Filipina, mengatakan mereka sekarang meningkatkan kerjasama, meningkatkan kemungkinan terjadinya kekerasan lintas perbatasan.

“Karena pergi ke Suriah semakin sulit untuk para pejuang Asia Tenggara, Mindano (di Filipina selatan) mungkin menjadi pilihan terbaik berikutnya,” tulis Jones dalam laporan tersebut.

Bulan Juni, para militan yang mengklaim sedang bertempur untuk ISIS mengatakan dalam sebuah video bahwa mereka memilih buronan paling dicari di Filipina, Isnilon Hapilon, untuk memimpin faksi Asia Tenggara.

Video tersebut, yang diunggah di media sosial, menandai penerimaan ISIS terhadap sumpah setia dari pendukung di Asia Tenggara dan menyerukan mereka untuk meluncurkan serangan di wilayah ini.

Hapilon diketahui merupakan anggota kelompok Abu Sayyaf yang berbasis di daerah Mindanao dan dikenal dengan penculikan dan pemerasan. Siapa pun yang bisa menangkapnya akan dibayar US$5 juta oleh Departemen Luar Negeri AS, yang menginginkannya atas penculikan orang-orang Amerika tahun 2001.

Kepolisian Malaysia telah menangkap lebih dari 100 tersangka simpatisan ISIS tahun ini dan meningkatkan upaya keamanan untuk mengantisipasi kembalinya para pejuang ini dari Timur Tengah, di tengah serangan yang berlanjut di daerah kekuasaan ISIS di Mosul, Irak.

“Di Malaysia, ada beberapa upaya (serangan) jadi bukan suatu kejutan jika ada ada lebih banyak lagi di wilayah ini, terutama jika mereka putus asa,” ujar kepala unit kontra-terorisme Ayob Khan Mydin Pitchay, dengan menambahkan bahwa ada kemungkinan orang-orang Malaysia pergi ke Filipina. [hd]

Recommended

XS
SM
MD
LG