Tautan-tautan Akses

WHO: 25 Juta Orang Menderita Cedera Saraf Tulang Belakang


Menurut WHO, sekitar 25 juta orang di seluruh dunia menderita cedera saraf tulang belakang (foto: ilustrasi).
Menurut WHO, sekitar 25 juta orang di seluruh dunia menderita cedera saraf tulang belakang (foto: ilustrasi).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 25 juta orang di seluruh dunia menderita cedera saraf tulang belakang, yang dikenal menyebabkan kelumpuhan dan kesulitan menggunakan kaki dan tangan.

Menurut WHO, yang kurang diketahui adalah efek samping umum yang disebut nyeri neuropatik, yang menimbulkan rasa nyeri seperti tersengat listrik atau ditusuk pada bagian tubuh yang sudah tidak memiliki rasa.

Pada sekitar 10 persen kasus, nyeri neuropatik ini tak kenal lelah, hingga korban mempertimbangkan untuk bunuh diri. Banyak ahli nyeri mengasumsikan bahwa rasa sakit itu timbul masalah kejiwaan, dan sebaiknya dikendalikan dengan terapi dan obat-obatan. Seorang ahli bedah saraf di Denver menemukan cara lebih sukses dengan meredam “titik panas” pada saraf tulang belakang yang rusak.

Berada di kursi roda tidak pernah menghambat Jon Forbes. Tapi selama 14 tahun setelah cedera saraf tulang belakang, Forbes mengatakan ada sesuatu yang hampir mematahkan keinginnnya untuk hidup, yaitu rasa nyeri seperti tersengat listrik di bagian tubuhnya yang lumpuh.

"Sakitnya mengerikan. Menyiksa. Dan tidak pernah berhenti. Anda bangun, nyeri ada. Sepanjang hari, nyeri ada. Anda pergi tidur, nyeri ada," kata Forbes.

Karena cedera tulang belakangnya di bawah dada, Forbes dapat menggunakan tangan, tapi pinggul dan kakinya lumpuh. Tapi yang kejam adalah rasa nyeri itu dialaminya pada bagian tubuh yang lumpuh tersebut.

Dia putus asa karena tidak satu pun terapi atau obat dapat menghilangkan rasa nyeri itu.

"Saya telah mencoba cukup banyak jenis obat, mencoba olahraga, mencoba apa saja untuk menghentikan rasa sakit ini. Dan itu tidak berhasil. Saya bekerja di sebuah bank investasi dan memutuskan berhenti dari pekerjaan saya, dan memutuskan ini adalah akhir hidup saya. Saya tidak kuat lagi," tambahnya.

Kemudian Forbes mendengar tentang seorang ahli bedah saraf di Denver yang melakukan operasi tulang belakang untuk menghentikan “nyeri bunuh diri” atau nyeri yang membuat penderitanya ingin bunuh diri itu.

"Ketika pasien akhirnya datang kepada saya, itu merupakan upaya yang terakhir," tutur ahli bedah syaraf Scott Falci.

Scott Falci adalah kepala konsultan bedah saraf di Rumah Sakit Craig di Denver, yang mengkhususkan diri dalam rehabilitasi cedera saraf tulang belakang. Untuk pasien ini, terapi nyeri konvensional sering gagal, sehingga dokter sering menyimpulkan rasa sakit itu timbul karena pikiran mereka.

"Banyak pasien kami diberitahu ini mungkin masalah psikologis atau masalah kejiwaan," ujar Falci.

Tapi, kata Falci, ini terutama masalah saraf tulang belakang dan dapat diperbaiki dengan pembedahan.

Dengan bantuan sejumlah asisten selama beberapa jam, Falci membuka sumsum tulang belakang pasien dan mencari daerah akar saraf berwarna abu-abu yang berisi ribuan sel. Daerah ini mengirimkan impuls dari tubuh ke sumsum tulang belakang

"Sel-sel saraf ini berasal dari bagian tubuh berbeda yang tidak melakukan perjalanan sampai ke otak. Sel-sel saraf ini terhubung dahulu dengan sel saraf lainnya di sumsum tulang belakang dan memungkinkannya mengirim sinyal ke otak," imbuhnya.

Menggunakan elektroda seukuran jarum, Falci dengan hati-hati menyentuh saraf estafet di sumsum tulang belakang untuk mempercepat informasi sensorik ke otak. Umumnya dia mendapat sinyal listrik yang tenang. Ketika ada peningkatan aktifitas yang tidak semestinya atau titik panas, Falci mematikan sel saraf tersebut.

Falci mengatakan titik panas itu lah yang dapat memicu nyeri yang membuat penderitanya ingin bunuh diri. [as/lt]

XS
SM
MD
LG