Tautan-tautan Akses

UU Terkait Kerajaan Thailand Dianggap Hambat Demokrasi


Para biksu Thailand berdoa pada upacara agama yang menandai ulang tahun ke-84 Raja Bhumibol Adulyadej yang dipuja banyak kalangan. (Foto: Dok)
Para biksu Thailand berdoa pada upacara agama yang menandai ulang tahun ke-84 Raja Bhumibol Adulyadej yang dipuja banyak kalangan. (Foto: Dok)

Aturan keras yang mempidanakan mereka yang mengkritik keluarga kerajaan dianggap menghambat perkembangan demokrasi di Thailand.

Seorang warga negara Amerika yang dilahirkan di Thailand, yang dipenjara selama setahun atas tuduhan menghina raja, mengatakan aturan keras yang mempidanakan kritikan terhadap keluarga kerajaan menghambat perkembangan demokrasi di negara gajah putih itu.

Ia bersumpah tidak akan kembali sampai kampung asal ibunya itu lebih tahan kritik dan menjamin kebebasan ekpresi yang penuh.

Joe Gordon, 55, didakwa tahun lalu karena menerjemahkan cuplikan biografi tak resmi Raja King Bhumibol Adulyadej dari Bahasa Inggris ke Bahasa Thai dan mengunggahnya di Internet. Ia mengatakan mereka yang dipenjara karena dakwaan berdasarkan undang-undang yang melindungi keluarga kerajaan seringkali menerima tindak kekerasan dari penjaga penjara dan diperlakukan “seperti binatang.”

Meski ia sekarang menyangkal telah melakukan tindakan kriminal, Gordon menyatakan bersalah dan dihukum 2,5 tahun penjara sebelum mendapat pengampunan raja pada Juli.

Pidana penghinaan terhadap keluarga kerajaan itu disebut “lese majeste.” Isu ini telah menarik perhatian internasional dan menumbuhkan kekhawatiran akan kebebasan berpendapat di negara Asia Tenggara yang dikenal sebagai Negeri Senyuman, surga wisata yang menarik 19 juta pengunjung setiap tahun.

Kasus Gordon juga menimbulkan pertanyaan mengenai apakah kasus tersebut dapat berlaku bagi orang asing di luar Thailand karena ia juga mengeposkan tautan tersebut saat tinggal di negara bagian Colorado, AS.

Bhumibol, pemimpin kerajaan yang bertahta paling lama di dunia, dipuja di Thailand dan dianggap sebagai kekuatan yang menstabilkan negara. Namun hukum lese majeste di Thailand merupakan yang paling keras di dunia, dengan hukuman tiga sampai 15 tahun penjara bagi mereka yang bersalah menghina kerajaan, termasuk raja, ratu dan anak-anak mereka.

Pihak oposisi mengatakan UU lese majeste ini sering disalahgunakan untuk menghukum saingan politik. Hal ini terutama tampak pada kekacauan politik menyusul kudeta militer 2006 yang menggulingkan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang juga dituduh tidak hormat pada kerajaan.

Para pendukung mengakatan bahwa kerajaan merupakan hal yang esensial dari identitas Thailand dan membelanya sebagai isu keamanan nasional.

Gordon dituduh mengeposkan tautan pada terjemahan dari biografi yang dilarang berjudul “Raja Tak Pernah Tersenyum” pada 2007 selagi di Colorado.
“Sebagai warga negara Amerika, saya tidak melakukan sesuatu yang salah. Ini kebebasan berekspresi saya di tanah Amerika,” ujarnya.

Ia mengaku mengunggah tautan tersebut di blog miliknya, namun ia menyangkal menerjemahkannya. Namun kedua hal tersebut cukup untuk mendapat dakwaan di Thailand, dimana pihak berwenang mengingatkan bahwa pengguna Facebook di seluruh dunia yang berbagi atau menyukai (“like”) konten yang menghina kerajaan Thailand telah melakukan pidana.

Dalam buku tersebut, penulis Paul Handley menelusuri hidup raja, menduganya sebagai batu sandungan besar dalam kemajuan demokrasi di Thailand karena ia mengkonsolidasikan kekuasaan kerajaan selama pemerintahannya.

Gordon, yang dilahirkan sebagai Lerpong Wichaikammart di Thailand, telah tinggal di AS selama sekitar 30 tahun, dan menjalani naturalisasi di Denver. Ia ditahan di Thailand pada Mei 2011 saat ia kembali untuk menjalani perawatan untuk sakit rematik dan darah tinggi.

Apartemennya di timur laut Thailand diserbu 20 polisi berpakaian preman yang menyita komputernya dan menuduhnya ingin mengubah Thailand menjadi republik. Tuduhan yang sama diberikan pada Thaksin.

Gordon menyatakan bersalah untuk mengurangi hukuman penjara, yang awalnya diberikan selama lima tahun.

Selama 14 bulan di penjara, Gordon mengatakan kesehatannya menurun karena kondisi di dalam tidak manusiawi. Ia mengatakan situasinya lebih buruk bagi mereka yang dituduh melakukan kejahatan politik, seperti lese majeste dan mereka yang diasosiasikan dengan gerakan politik Kaos Merah, yang terkait dengan Thaksin.

“Doktor tidak akan merawat dan memberikan obat pada tahanan politik,” ujarnya.

Pejabat penjara Sorasit Chongcharoen menyangkal bahwa tahanan lese majeste menghadapi kekerasan.

“Dokter dan petugas penjara memberikan perawatan yang sama apapun tindak pidananya,” ujarnya.

Gordon mengatakan undang-undang lese majeste harus dihapuskan karena terlalu keras dan mencelakai daripada melindungi lembaga kerajaan. (AP)
XS
SM
MD
LG