Tautan-tautan Akses

Usia Lanjut, Tantangan Baru dalam Pengobatan HIV-AIDS


Rosina Mwitelela (nomor dua dari kanan) mengunjungi pasien HIV-AIDS (tengah) di rumahnya di Matero, Lusaka (17/4). Pakar kesehatan mendapat tantangan baru untuk mempersiapkan kehidupan bagi para penderita HIV-AIDS di masa depan.
Rosina Mwitelela (nomor dua dari kanan) mengunjungi pasien HIV-AIDS (tengah) di rumahnya di Matero, Lusaka (17/4). Pakar kesehatan mendapat tantangan baru untuk mempersiapkan kehidupan bagi para penderita HIV-AIDS di masa depan.

Seiring bertambahnya usia para penderita HIV-AIDS, muncul tantangan bagi sistem kesehatan dan sosial untuk menanggapi populasi baru ini secara layak.

Didiagnosa mengidap HIV-AIDS sama artinya dengan hukuman mati. Kini bagi banyak orang, penyakit ini merupakan kondisi kronis yang dapat diatasi dengan obat-obatan anti-retroviral. Terapi obat-obatan itu telah membantu orang yang terinfeksi HIV hidup lama dan menjalani kehidupan hampir normal.

Sekarang, di saat populasi penderita HIV-AIDS bertambah usia, mereka menghadapi serangkaian tantangan kesehatan yang unik.

Di sub-sahara Afrika, pengobatan dengan anti-retroviral atau ART telah menurunkan tingkat kematian di kalangan orang yang terinfeksi HIV hingga 20 persen. Banyak orang yang menjalani pengobatan tersebut yang kini berusia 40an dan diperkirakan akan bertahan hidup hingga usia 60an.

Dr.Till Barnighausen dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Harvard mengatakan sekarang perlu mengetahui populasi ini dan isu-isu kesehatan mereka yang unik, isu yang dulu tidak ada dan baru muncul akhir-akhir ini.

“Kita beruntung, karena sekarang orang yang terinfeksi HIV di Afrika dan sub-sahara Afrika hidup hingga usia lanjut. Tetapi dengan prediksi ini muncul tantangan untuk mempersiapkan sistem kesehatan dan sosial guna menanggapi populasi baru ini secara layak, yang akan terjadi dalam sepuluh tahun mendatang," demikian ungkap Dr.Till Barnighausen.

Menurut Dr.Till Barnighausen, orang-orang ini akan mengalami beban penyakit khusus dan pengobatan mereka akan membutuhkan ketrampilan khusus. Misalnya ujicoba klinis baru diperlukan untuk mempelajari apakah pengobatan dengan anti-retroviral ada pengaruh obat-obatan yang mungkin harus dikonsumsi pasien HIV untuk penyakit kronis lainnya – seperti diabetes dan penyakit jantung.

“Dalam usia lanjut, hal ini benar-benar diperparah oleh fakta bahwa perubahan fisiologi semasa hidup, dengan fakta bahwa kepatuhan pada pengobatan mungkin menjadi berkurang ketika usianya beranjak tua. Ada beberapa kebutuhan yang sangat khusus yang harus dipatuhi pasien-pasien usia tua,” lanjut Barnighausen.

Dr. RJ Simmonds adalah Wakil Presiden Yayasan Elizabeth Glaser Pediatric AIDS – yang berkomitmen untuk memerangi HIV dan AIDS khususnya pada perempuan dan anak-anak. Simmonds mengatakan masalah usia telah menjadi tantangan baru dalam wabah HIV.

“Kini kami perlu melakukan riset di bidang-bidang itu dan memahami apa pendekatan manajemen yang terbaik,” ungkap Dr.RJ Simmonds. “Kita kini mendapati orang terkena beberapa jenis kanker tertentu pada tingkat yang lebih tinggi – kombinasi HIV dan pengobatan bagi HIV memicu diabetes, penyakit kardiovaskular dan osteoporosis pada tingkat yang lebih tinggi,” tambahnya.

Pasien-pasien yang berusia lebih lanjut ini akan menempatkan berbagai tuntutan baru dalam sistem asuransi kesehatan. Para pakar kesehatan publik mengatakan layanan pengobatan yang ditetapkan dalam menanggapi wabah AIDS perlu diperluas untuk mengemukakan berbagai masalah kesehatan unik itu pada populasi dengan HIV-AIDS usia lanjut.
XS
SM
MD
LG