Tautan-tautan Akses

Uni Eropa Kecam Turki atas Peningkatan Sengketa


Mark Rutte, PM Belanda saat menghadiri pertemuan tahunan World Economic Forum di Davos, Swiss, 19 Januari 2017 (Foto: dok).
Mark Rutte, PM Belanda saat menghadiri pertemuan tahunan World Economic Forum di Davos, Swiss, 19 Januari 2017 (Foto: dok).

Para pemimpin negara-negara Uni Eropa mengecam Turki, karena sengketa atas usaha pemerintah Turki berkampanye di negara-negara Eropa telah meningkat sejak Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Jerman dan Belanda melakukan tindakan “Naziisme dan fasisme” karena para pejabat kedua negara menghambat kampanye Turki di sana.

Erdogan hari Minggu (12/3) memperingatkan Negeri Belanda, (bahwa negara itu) akan menanggung akibat dari penolakan mereka untuk memberikan izin bagi menteri luar negeri Ankara memasuki negara itu dan mengusir menteri lainnya, yang menghambat mereka mengadakan kampanye di kalangan imigran Turki.

Ankara ingin menggalang dukungan di antara jutaan warga Turki yang tinggal dan bekerja di Eropa, untuk memperoleh dukungan bagi pelaksanaan referendum untuk memberikan kekuasaan yang lebih besar bagi Erdogan, dan dapat membuatnya terus menjabat sebagai presiden hingga tahun 2029.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyebut ucapan Erdogan itu “tidak dapat diterima,” dan komentar Nazi-nya adalah “ucapan yang gila.”

“Turki adalah negara yang bangga dan Belanda adalah negara yang bangga,” kata Rutte. “Kita tidak akan pernah dapat berurusan dengan mengeluarkan ancaman.”

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini dan Komisaris Perluasan Keanggotaan Johannes Hahn meminta Turki ‘mengekang diri dari mengeluarkan pernyataan maupun tindakan yang berlebihan yang dapat memperuncing keadaan”. Kedua pejabat Uni Eropa itu mengemukakan “penting sekali mencegah keadaan tidak bertambah runcing dan mencari jalan untuk meredakan keadaan.”

Sementara, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengimbau Turki dan sekutu Turki dalam NATO untuk saling menghormati, tenang, dan bertindak secara terukur guna membantu meredakan ketegangan.

Para menteri Jerman juga telah memperkeras tanggapan mereka terhadap Turki.

Walaupun Kanselir Jerman Angela Merkel mengeluarkan pernyataaan bahwa pemerintahannya tidak menentang Menteri Turki menghadiri kampanye di Jerman asalkan kampanye itu diumumkan dengan sewajarnya, Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere mengatakan ia menentang kampanye politik Turki di Jerman. “Kampanye Turki tidak layak diadakan di sini, di Jerman,” kata de Maiziere kepada media Jerman.

Menteri Luar Negeri Sigmar Gabriel mengatakan ia berharap Turki “akan kembali memakluminya.” Sementara itu Menteri Keuangan Wolfgang Schaeuble mengatakan “Turki telah menghancurkan dasar kemajuan lebih jauh dalam kerjasama.”

Menteri Luar Negeri Austria Sebastian Kurz mengatakan negaranya tidak dapat menerima Erdogan yang ingin mengadakan kampanye di sana, karena dapat meningkatkan pertentangan dan menghambat integrasi. [gp]

Recommended

XS
SM
MD
LG