Tautan-tautan Akses

Uni Eropa Ancam Beri Sanksi Terhadap Libya


Demonstran anti-pemerintah melakukan unjuk rasa menuntut mundurnya Gaddafi di kota Tobruk, Rabu (23/2).
Demonstran anti-pemerintah melakukan unjuk rasa menuntut mundurnya Gaddafi di kota Tobruk, Rabu (23/2).

Pemerintahan Gaddafi kini menghadapi seruan kuat internasional untuk menghentikan penumpasan dengan kekerasan atas demonstran.

Uni Eropa hari Rabu memutuskan untuk memberikan sanksi terhadap Libya selagi protes keras internasional atas negara di Afrika Utara itu meluas.

Pemerintahan Libya pimpinan Moammar Gaddafi kini menghadapi seruan kuat internasional untuk menghentikan penumpasan dengan kekerasan terhadap demonstran anti-pemerintah. Uni Eropa mengusulkan langkah-langkah lain termasuk pembatasan visa dan pembekuan aset.

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy Rabu pagi mendesak Uni Eropa untuk menetapkan “sanksi konkrit” terhadap Libya. Presiden Sarkozy mengatakan mereka yang terlibat dalam aksi kekerasan berkelanjutan di Libya harus tahu bahwa mereka akan “menghadapi konsekuensi atas tindakan-tindakannya”.

Presiden Dewan Eropa Herman Von Rompuy hari Rabu mengecam apa yang disebutnya “kekerasan, agresi dan intimidasi” terhadap para pengunjukrasa Libya. Ia menghimbau “langkah-langkah untuk mengakhiri penggunaan kekerasan”.

Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan ia ingin melihat resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengecam penggunaan kekerasan oleh Libya pada para demonstran. Dalam pertemuan hari Selasa, Dewan Keamanan PBB menunjukkan “keprihatinan mendalam” atas penumpasan oleh Presiden Moammar Gaddafi.

Pesawat Bulgaria yang melakukan evakuasi 111 warga Bulgaria dan 91 warga asing lainnya tiba di Sofia dari Tripoli, Libya (23/2).
Pesawat Bulgaria yang melakukan evakuasi 111 warga Bulgaria dan 91 warga asing lainnya tiba di Sofia dari Tripoli, Libya (23/2).

Sementara itu, evakuasi warga asing besar-besaran dari Libya sudah dilakukan melalui darat, laut dan udara.

Puluhan ribu warga asing di Libya berangkat dengan pesawat terbang, kapal – dan dalam beberapa kasus – mobil-mobil van yang penuh sesak, dalam upaya menyelamatkan diri dari kemelut yang berkobar akibat unjukrasa kelompok oposisi dan penumpasan oleh pemerintah.

Dua kapal Turki hari Rabu mengangkut tiga ribu warga Turki dari pelabuhan Benghazi – Libya timur, sebagai bagian dari apa yang disebut Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Dovutoglu operasi evakuasi terbesar dalam sejarah Turki. Bandara Benghazi telah ditutup selama beberapa hari, sehingga memaksa beberapa negara tersebut mengevakuasi warganya lewat laut.

Sekitar 25 ribu warga Turki menetap di Libya ketika kerusuhan di mulai pekan lalu, umumnya mereka bekerja di bidang konstruksi. Davutoglu mengatakan seorang pekerja Turki dilaporkan tewas dalam aksi kekerasan di gedung dekat ibukota Tripoli.

Media resmi Tiongkok mengatakan Beijing juga menyiapkan operasi darat, laut dan udara untuk mengevakuasi 33 ribu warga Tiongkok dari Libya. Evakuasi tersebut melibatkan pesawat sewaan, kapal komersial Tiongkok, kapal nelayan dan bis. Kantor berita Yunani mengatakan Pemerintah Yunani akan membantu Tiongkok mengangkut sebanyak 13 ribu warga Tiongkok ke Pulau Crete di Laut Tengah.

Departemen Luar Negeri Amerika hari Rabu menyarankan warga Amerika yang ingin meninggalkan Tripoli untuk melapor ke pelabuhan As-Shahab di kota itu, untuk berangkat dengan kapal fery menuju Malta.

Kantor berita Reuters mengatakan beberapa ribu warga hari Rabu telah menyebrangi perbatasan Ras Jdir antara Libya dan Tunisia. Organisasi Migrasi Internasional IOM mengatakan warga Tunisia bersama-sama warga Libanon, Turki, Suriah dan Jerman telah menyebrang ke negara itu.

Sejumlah negara juga mengirimkan pesawat-pesawat militer dan sipil ke Tripoli, atau sedang mempersiapkan hal ini berkoordinasi dengan pemerintah Libya. Negara-negara tersebut termasuk Bulgaria, Mesir, Perancis, Jerman, Italia, Yordania, Belanda, Rusia, Serbia dan Perancis. Warga yang tiba di kota-kota Eropa melaporkan melihat suasana kacau balau di bandara Tripoli.

XS
SM
MD
LG