Tautan-tautan Akses

Undangan Trump untuk Pemimpin Thailand Mungkin Isyaratkan Era Baru


PM Thailand Prayut Chan-o-cha dalam KTT APEC di Manila, Filipina, 19 November 2015 (Foto: dok).
PM Thailand Prayut Chan-o-cha dalam KTT APEC di Manila, Filipina, 19 November 2015 (Foto: dok).

Hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Thailand, setelah apa yang dianggap para analis sebagai suatu dekade yang hilang, telah memasuki era baru, menyusul komunikasi baru-baru ini antara Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha.

Dalam percakapan teleponnya dengan Prayut, Gedung Putih menyatakan Presiden Trump menyoroti aliansi yang telah berlangsung lama antara Amerika dan Thailand, serta “kepentingan bersama dalam memperkuat hubungan perdagangan dan ekonomi antara kedua negara.”

Trump, dalam undangan resmi kepada Prayut untuk mengunjungi Gedung Putih, juga “mengukuhkan kembali” komitmen Amerika bagi “peran aktif dan memimpin di Asia” dalam kemitraan yang erat dengan kawasan tersebut.

Komunikasi tersebut menandai pencairan penting dalam hubungan bilateral setelah Thailand menghadapi pengucilan diplomatik terkait intervensi militernya dalam politik pada dekade lalu.

Pemerintahan Amerika di bawah Presiden Barack Obama bersikap kritis terhadap kebijakan HAM Thailand sejak militer mengambil alih kekuasaan pada Mei 2014, dengan menekan perdebatan umum dan larangan terhadap aktivitas politik.

Thitinan Pongsudhirak, ilmuwan politik di Chulalongkorn University, mengatakan Thailand antusias menerima tawaran Amerika untuk membangun kembali hubungan antara kedua negara. [uh/lt]

XS
SM
MD
LG