Tautan-tautan Akses

Twitter Bawa Kehebohan di Olimpiade


Atlet Jepang Miyuki Maeda dengan iPhone saat menonton pertandingan badminton pada Olimpiade London. (Foto: AP/Saurabh Das)
Atlet Jepang Miyuki Maeda dengan iPhone saat menonton pertandingan badminton pada Olimpiade London. (Foto: AP/Saurabh Das)

Twitter membawa keakraban, kegembiraan global, lelucon, serta masalah hukum dalam Olimpiade.

Sungguh luar biasa melihat bagaimana masalah bisa timbul karena kalimat dengan 140 karakter. Juga bagaimana keakraban, kegembiraan, cakupan global dan lelucon bisa timbul darinya.

Baik atau buruk, Olimpiade 2012 dibentuk, diguncang dan diubah oleh revolusi media sosial yang empat tahun lalu masih dalam tahap awal.

Empat hari setelah Olimpiade berlangsung, kita sudah melihat hal-hal berikut:
- Kampanye para atlet lewat Twitter untuk melawan batasan dari sponsor yang tersebar secara viral lewat tagar “WeDemandChange” (Kami Menuntut Perubahan).
- Penonton TV gusar karena NBC sebagai stasiun resmi Olimpiade di AS memutuskan untuk tidak menyiarkan upacara pembukaan secara langsung.
- Dua atlet didiskualifikasi karena kicauan atau tweet yang bersifat rasis.
- Seorang penggemar ditahan pada Selasa (31/7) karena mengeluarkan ancaman di Twitter, termasuk sumpah untuk menenggelamkan seorang atlet selam Inggris dan bagaimana atlet tersebut telah mengecewakan mendiang ayahnya karena kalah di pertandingan.

Bagi panitia Olimpiade yang bangga karena telah sangat berhati-hati, beberapa orang menyebutnya obsesif, dalam mengadakan perhelatan yang berlangsung selama 17 hari tersebut, ledakan aktivitas Twitter bagaikan sinar gamma yang lepas dari sinar matahari. Sinar itu sulit dibendung dan terlalu menyilaukan untuk dilihat.

“Saya kira kita tidak berpikir untuk mengontrolnya, tidak akan bisa juga,” ujar juru bicara Komite Olimpiade Internasional (IOC) Mark Adams. Ia mengatakan bahwa lebih dari 15 juta penggemar mengikuti dan berpartisipasi dalam pengalaman Olimpiade lewat Twitter dan media sosial lainnya, di luar 10.800 atlet pemakai Twitter.

“Jika digunakan secara benar, kami merangkul media sosial. Dan jika Anda melihat petunjuknya, kami secara positif mendorong [penggunaan media sosial],” ujarnya.

Persoalannya, penggunaan media sosial tidak selalu seperti yang diharapkan.
Twitter yang bersifat publik dan cepat, serta kecenderungannya untuk menghasilkan komentar-komentar yang tidak sopan sampai kasar, telah menambah elemen baru dan rusuh pada suatu acara di mana segala hal dari contoh urine sampai logo sponsor dan lalu lintas London disorot secara berlebihan dan mendetil seperti pernikahan anggota kerajaan.

“Meskipun panitia menghabiskan waktu berbulan-bulan mempromosikan acara kali ini sebagai Olimpiade media sosial pertama, banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi dampak besar dari Twitter,” ujar Andy Miah, direktur Creative Futures Institute di University of the West of Scotland.

“Saya kira ada semacam kenaifan mengenai peran media sosial baik dari peserta maupun dari pantia. Banyak dari mereka yang telah salah langkah.”

Meski umurnya baru sebentar, Twitter telah digunakan dalam banyak cara, baik teratur dan taktis, maupun spontan dan tak beraturan. Jaringan media sosial ini menjadi alat protes dan pengorganisir gerakan Occupy Wall Street dan demokrasi Arab Spring. Lewat Twitter pula kita melihat kejatuhan para politisi dan pengakuan memalukan dari para selebriti kelas atas.

Jaringan sosial ini sekarang memiliki 140 juta pengguna, naik dari beberapa juta saat Olimpiade Beijing 2008. Perusahaan yang berbasis di San Francisco itu mengatakan bahwa ada lebih dari 10 juta kicauan yang menyebutkan Olimpiade selama beberapa hari pertama kompetisi tersebut. Lonjakan pengguna itu dipicu oleh pertumbuhan telepon genggam yang dibawa oleh penonton dan atlet, masing-masing melihat satu sama lain saling memperhatikan.

IOC, menurut Miah, telah mencoba untuk mengontrol komentar media sosial dengan membuat pusat media sosial sendiri, mengumpulkan komentar para atlet dari Twitter dan juga Facebook. Namun hal ini tidak selalu bekerja sesuai rencana.

Pada Sabtu (28/7), penjaga gol tim sepakbola perempuan Amerika Hope Solo melontarkan kemarahannya di Twitter pada Brandi Chastain, mantan pemain sepakbola AS yang sekarang menjadi analis NBC.

“Sayang sekali kita tidak memiliki komentator yang lebih mewakili tim dan memiliki pengetahuan lebih baik mengenai permainan ini,” tulis Solo.

Puluhan atlet, termasuk pemain sepakbola Inggris, menggunakan Twitter untuk mempromosikan produk-produk sponsor mereka, sesuatu yang melanggar peraturan Olimpiade dan secara teori dapat membuat mereka diusir dari kompetisi. Beberapa atlet telah memulai kampanye di Internet untuk mengubah peraturan tersebut, yang tentu saja menyenangkan hati agen dan pemasar.

Kontroversi tidak hanya dibuat oleh atlet. Anggota parlemen Inggris, Aidan Burley, mendapat kecaman keras dari sesama anggota kelompok konservatif. Ia menulis di Twitter bahwa upacara pembukaan yang dirancang sutradara Danny Boyle, yang menampilkan sejarah Inggris dalam rangkaian musik, pertunjukan dan simbolisme, sebagai “sampah multikulturalisme golongan kiri.”

Twitter pada Selasa (31/7) dipaksa minta maaf pada wartawan Inggris yang akunnya diblok setelah ia mengkritik liputan NBC pada upacara pembukaan dan mengirim email pada eksekutif di jaringan media sosial tersebut. Ribuan penonton Olimpiade juga membuat tagar "nbcfail" pada Twitter sebagai bentuk protes atas liputan stasiun televisi tersebut.

Selain itu, ada remaja dari Dorset yang ditahan pada Selasa lalu setelah menuliskan serangkaian komentar yang menghina, dan menurut pihak berwenang, mengancam atlet Inggris Tom Daley. Tersangka akan dihukum sesuai undang-undang yang berlaku.
Namun Twitter tetap menjadi bagian tak tergantikan dari Olimpiade. Ia berguna bagi penonton sekarang sebagaimana berartinya program dan kartu skor bagi generasi lain. Adalah penting juga untuk para atlet untuk berhubungan dengan para pendukung dari balik tirai Olimpiade.

Bagi penggemar muda, “tak bersentuhan dengan Twitter berarti tak ikut serta dalam pengalaman tersebut,” ujar Steve Jones, profesor di University of Illinois di Chicago yang meneliti budaya dan komunikasi dunia maya.

Para atlet menggunakan Twitter untuk memberitahu pendukung apa yang mereka makan, apa yang mereka rasakan dan dengan siapa mereka berteman. Atlet megabintang Jamaika, Usain Bolt, menulis bagaimana ia rindu makan ayam. Pelari gawang Amerika Serikat Lolo Jones mengungkapkan bahwa ia masih perawan.

Andy Hunt, ketua asosiasi Olimpiade Inggris, mendapati dirinya harus berhadapan dengan ledakan Twitter. Ia harus membela bintang olahraga selam melawan pedasnya komentar di Twitter, sembari bersumpah untuk melihat apakah para pemain sepakbola harus diberi tindakan disiplin karena menggunakan situs tersebut untuk pemasaran produk.

“Saya kira semua orang tahu bahwa jika Anda menggunakan media sosial secara ekstensif, Anda harus menerima kenyataan bahwa Anda dapat menerima hal baik dan buruk. Dan terkadang yang buruk benar-benar tidak dapat diterima,” ujar Hunt pada wartawan. (AP/Paul Haven dan Barbara Ortutay)
XS
SM
MD
LG