Tautan-tautan Akses

Tradisi Toleransi Beragama di Mesir Memudar


Anggota kelompok Kristen Koptik lari ke dalam katedral di Kairo saat polisi melemparkan gas air mata di tengah perseteruan dengan kelompok Muslim (7/4). (Reuters/Asmaa Waguih)
Anggota kelompok Kristen Koptik lari ke dalam katedral di Kairo saat polisi melemparkan gas air mata di tengah perseteruan dengan kelompok Muslim (7/4). (Reuters/Asmaa Waguih)

Tradisi toleransi beragama terkikis karena berkurangnya keamanan, memburuknya ekonomi dan menguatnya pengaruh kelompok Islam konservatif.

Kasus terbaru kekerasan agama di Mesir menimbulkan kekhawatiran mengenai nasib sekitar delapan juta orang Kristen di negara Islam tersebut.

Beberapa bulan lalu, Katedral Saint Mark di Kairo merupakan tempat yang penuh kegembiraan saat umat Kristen Koptik menyambut paus baru mereka.

Sekarang, jalanan di luar Gereja Koptik utama di Mesir dipenuhi puing-puing bangunan, sisa-sisa dari perkelahian mematikan antara mereka yang ada di gereja dan kelompok Muslim yang marah di luar.

Kasus terakhir ini membuat beberapa orang Kristen mengenang masa lalu yang relatif lebih tenang, sebelum revolusi dan kebangkitan politisi-politisi Islamis.

Seorang pria Koptik mengatakan bahwa hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya, dan negara tersebut tidak pernah mencapai situasi seperti saat ini. Hal ini, menurutnya, tidak hanya akan melukai kelompok Kristen dan Muslim, namun bangsa itu secara keseluruhan.

"Ini tidak benar," ujarnya. "Kita masyarakat dan negara yang sama."

Para analis mengatakan bahwa tradisi toleransi terkikis karena keamanan berkurang, ekonomi memburuk dan kelompok konservatif Islam semakin kuat.

"Situasi ini sangat mengkhawatirkan tidak hanya kelompok Kristen di Mesir, namun juga banyak Muslim di Mesir yang menggambarkan dirinya sebagai Muslim moderat," ujar Youssef Sidhom, editor koran mingguan Watani dan advokat hak-hak Koptik.

Analis politik Hisham Kassem banyak warga Mesir mulai mengambil sikap.

"Rasa frustrasi terhadap ekstremisme meningkat. Orang-orang mulai melihat betapa tidak pentingnya hal ini, dan tidak memperbaiki kehidupan mereka. Yang terjadi malah sebaliknya," ujarnya.

"Namun saat ini, hanya ada satu solusi jangka pendek, yaitu penegakan hukum yang tegas."

Banyak yang merasa pemerintah telah ggal melakukannya. Paus Koptik Tawadros mengkritik Presiden Mohamed Morsi, Selasa (9/4), karena senang berjanji namun tidak ditepati.

Sidhom mengatakan ketakutan bahwa pemerintah tidak dapat, atau tidak akan, melindungi umat Kristen telah mendorong beberapa orang mempertimbangkan tindakan drastis, yaitu meninggalkan negara itu.

Kassem mengatakan keinginan tersebut mengingatkan peristiwa pada 1950an dan 1960an saat kelompok minoritas agama meninggalkan negara itu, yaitu kelompok Yahudi.

Kelompok Kristen memiliki keuntungan dari segi jumlah. Dengan populasi delapan juta, para analis mengatakan Mesir tidak memiliki pilihan selain mengkonfrontasi masalah tersebut dan mencari jalan keluarnya.
XS
SM
MD
LG