Tautan-tautan Akses

Tim Periset Universitas Colorado Mereka Ulang Kondisi Ruang Antariksa


Time periset Universitas Colorado mereka ulang kondisi ruang antariksa.
Time periset Universitas Colorado mereka ulang kondisi ruang antariksa.

Sistem tata surya kita berawal dari titik-titik gas dan debu yang bergabung dan lalu membentuk matahari, planet-planet dan manusia. Sesudahnya, masih banyak debu yang tersisa. Kini, debu menjadi salah satu sumber data dalam proyek Badan Antariksa Amerika (NASA) yang bersiap melakukan penerbangan pertama dalam sejarah dekat Pluto.

Di sebuah laboratorium Universitas Colorado, tim periset mereka ulang kondisi di ruang antariksa. Ada mesin yang menghisap udara dari sebuah tabung sehingga mereka bisa mempercepat gerakan debu bagaikan gerakan di antariksa.

David James dari Universitas Colorado mengatakan, “Kami telah berhasil mencapai gerakan partikel hingga 107 kilometer per detik.” Ia menambahkan bBerbagai uji coba itu mungkin bisa menghasilkan pesawat antariksa dan pakaian ruang angkasa yang anti bocor.

James mulai berminat dalam teknik antariksa lebih dari 10 tahun lalu setelah ia, bersama sejumlah mahasiswa lain termasuk Tiffany Finley, merakit dust counter atau penghitung debu dalam misi pesawat New Horizons milik NASA ke Pluto tahun 2006.

Dust counter adalah alat untuk mengetahui ukuran dan jumlah partikel debu per volume unit di atmosfir.

Finley kini menjadi manajer operasi ilmiah untuk misi antariksa New Horizons.

“Itu adalah salah satu proyek pertama dimana mahasiswa bisa merakit perangkat keras untuk misi tersebut,” ujarnya.

Mihaly Horanyi, penasihat fakultas untuk program Student Dust Counter, mengatakan proyek itu sejauh ini telah melatih hampir 30 mahasiswa.

Kini, setelah berkelana selama sembilan tahun dan sejauh hampir 25 miliar kilometer, New Horizons mulai mendekati Pluto. Enam instrumen yang selama ini belum digunakan kini mulai mengirim data, sementara Student Dust Counter sudah beroperasi dari awal.

Horanyi mengatakan alat itu telah membantu ilmuwan memahami lebih baik dampak dari gempuran debu, yang jarang terjadi tetapi sangat merusak.

“Ratusan partikel berukuran mikro, setebal rambut kita. Jika partikel-partikel itu menghantam pesawat antariksa dengan kecepatan 10 atau 15 kilometer per detik, itu akan mengakibatkan lubang dan merusak misi penerbangan secara keseluruhan,” tambahnya.

Horanyi memperkirakan sekitar 5.000 kilogram debu per detik datang dari Sabuk Kuiper, yang terdiri dari sejumlah benda antariksa yang amat dingin termasuk Pluto. di ujung sistem tata surya kita.

Seusai eksplorasi Pluto selama lima bulan, sebagian besar alat di pesawat New Horizons akan berhenti beroperasi kecuali Student Dust Counter yang akan terus bekerja selama perjalanan melintasi Sabuk Kuiper. (th/ds)

XS
SM
MD
LG