Pemungutan suara tampaknya berjalan lancar hari Minggu (24/5) di ibukota, Addis Ababa, di mana para pemilih menunggu dengan tenang dalam antrian yang panjang di luar TPS.
Partai-partai oposisi mengatakan pemilu itu tidak bebas dan adil karena para pejabat menekan pendukung oposisi dan secara rutin menahan blogger dan wartawan.
Partai EPRDF (Front Demokrasi Revolusioner Rakyat Ethiopia) membantah tuduhan-tuduhan itu dan mengatakan rakyat Ethiopia mendukung prestasinya terkait pertumbuhan ekonomi.
Partai EPRDF dan sekutunya hanya kalah satu kursi di parlemen dalam pemilu terakhir pada tahun 2010. Pemilu-pemilu itu berlangsung damai, berbeda dengan sengketa pemilu 2005, yang mengakibatkan protes dan bentrokan yang menewaskan hampir 200 orang tewas.
Hampir 37 juta orang terdaftar untuk memilih dalam pemilu hari Minggu. Hasil awal diperkirakan muncul dalam waktu dua sampai lima hari, dengan hasil resmi menjelang 22 Juni.
Satu-satunya pengamat asing dari Uni Afrika, yang telah mengirimkan 59 pemantau. Carter Center yang berbasis di AS dan Uni Eropa, yang memantau dua pemilu terakhir, kali ini tidak diundang.
Ini adalah pemilu pertama sejak kematian Perdana Menteri Meles Zenawi pada tahun 2012. Perdana Menteri sekarang Haliemariam Desalegn diduga akan tetap berkuasa setelah pemungutan suara ini.