Thailand melakukan pemungutan suara dalam pemilu hari Minggu, yang diharapkan akan mengakhiri krisis politik yang telah berlangsung lama di negara itu. Pemilu itu adalah yang pertama sejak demonstrasi anti-pemerintah oleh para pendukung mantan PM Thaksin Shinawatra tahun lalu, berujung pada bentrokan yang menewaskan lebih dari 90 orang.
Hasil exit poll di Thailand menunjukkan partai sekutu Perdana Menteri terguling Thaksin Shinawatra menang telak dalam pemilu.
Berbeda dengan berbagai jajak pendapat dan analisa sebelum pemilu yang memperkirakan persaingan ketat, partai Pheu Thai milik Yingluck Shinawatra memenangkan mayoritas absolut di parlemen. Yingluck adalah adik perempuan Thaksin.
Tiga exit poll menunjukkan partai Pheu Thai meraih lebih dari 290 dari total 500 kursi. Kekalahan terbesar tampaknya harus ditelan partai Demokrat yang berkuasa pimpinan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva.
Thailand telah sangat terpecah belah sejak militer kerajaan melakukan kudeta yang menggulingkan Thaksin Shinawatra tahun 2006.
Sebelumnya hari Sabtu, sebuah bom mobil meledak di Thailand selatan ketika negara itu bersiap-siap mengadakan pemilu. Seorang penjinak bom sedang memeriksa mobil itu ketika ledakan terjadi di provinsi Narathiwat. Dia terjatuh ke tanah, tetapi sempat berdiri dan menjauh dari tempat ledakan.
Insiden keras adalah hal lumrah di banyak tempat di Thailand Selatan yang berpenduduk mayoritas Muslim. Kebanyakan serangan bom itu, katanya, dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal yang berupaya memisahkan diri dari negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha itu.
Kegiatan kampanye pemilu itu telah berakhir sebelum ledakan hari Sabtu itu.
