Tautan-tautan Akses

Tes Darah Sederhana Dapat Deteksi Kanker Secara Dini


Analis peneliti laboratorium Duke University Marshall Nichols dalam penelitian mengenai tes darah baru. (AP/Duke Medicine, Shawn Rocco)
Analis peneliti laboratorium Duke University Marshall Nichols dalam penelitian mengenai tes darah baru. (AP/Duke Medicine, Shawn Rocco)

Tes tersebut, disebut CAPP-Seq, adalah penyempurnaan dari pendekatan-pendekatan yang sudah ada untuk mengukur tingkat DNA tumor dalam aliran darah pasien.

Pendeteksian banyak jenis kanker tak lama lagi mungkin dapat semudah tes darah sederhana, menurut sebuah studi baru.

Tes darah tersebut, yang dikembangkan oleh para peneliti di Fakultas Kedokteran Stanford University, juga dapat digunakan untuk "mengawasi jumlah kanker di tubuh pasien," ujar para peneliti tersebut, selain mengukur respon mereka terhadap beragam pengobatan.

Tes tersebut, disebut CAPP-Seq atau Cancer Personalized Profiling by deep Sequencing, adalah penyempurnaan dari pendekatan-pendekatan yang sudah ada untuk mengukur tingkat DNA tumor dalam aliran darah pasien, menurut studi tersebut.

Metode baru tersebut dapat "secara akurat mengidentifikasi sekitar 50 persen orang-orang yang diteliti dengan kanker paru-paru stadium-1 dan semua pasien dengan kanker yang lebih lanjut," menurut para peneliti.

Pihak-pihak lain yang tidak terlibat dalam studi ini menaruh harapan.

"Saya kira ini kemajuan yang penting dalam wilayah ini," ujar Dr. Abhijit Patel dari Yale Cancer Center dan Rumah Sakit Kanker Smilow, tempat ia melakukan riset serupa.

"Tujuannya adalah mendeteksi tumor-tumor sangat kecil tahap dini."

Patel mengatakan salah satu terobosan besar dalam tes ini adalah kemampuan mengawasi perubahan dalam mutasi DNA pada pasien-pasien kanker yang sudah menerima pengobatan dan mungkin mengembangkan resistensi terhadap obat tertentu.

Ia juga mengatakan tes itu kemungkinan besar tidak akan memberikan hasil positif yang keliru karena "mutasi DNA kanker kemungkinan besar tidak ditemukan pada orang sehat."

Penemuan ini diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine edisi 6 April.
XS
SM
MD
LG