Tautan-tautan Akses

Tentara AS Diberi Kebebasan Lebih untuk Tampilkan Identitas Agama


Kamal S. Kalsi, dokter yang juga kapten angkatan darat AS dan penganut Sikh, berdiri dekat rumah sakit Saint Joseph di Paterson, New Jersey, AS. (Foto: Dok)
Kamal S. Kalsi, dokter yang juga kapten angkatan darat AS dan penganut Sikh, berdiri dekat rumah sakit Saint Joseph di Paterson, New Jersey, AS. (Foto: Dok)

Kebijakan itu terutama mempengaruhi umat Sikh, Islam, Yahudi dan lainnya yang berjanggut atau memakai atribut pakaian sebagai bagian dari agama mereka.

Departemen Pertahanan AS, dikenal juga sebagai Pentagon, pada Rabu (22/1) memberikan tentara Amerika kebebasan lebih untuk memakai sorban, kerudung, peci dan atribut terkait agama lainnya untuk dipakai dengan seragam mereka.

"Departemen-departemen akan mengakomodasi ekspresi-ekspresi individual dari keyakinan yang dipegang (nurani, prinsip moral, atau kepercayaan agama) dari para anggota militer" kecuali hal tersebut dapat mempengaruhi kesiapan militer atau kohesi unit, menurut kebijakan mengenai akomodasi religius tersebut.

Kebijakan itu terutama mempengaruhi umat Sikh, Islam, Yahudi dan anggota kelompok-kelompok lain yang berjanggut atau memakai atribut pakaian sebagai bagian dari agama mereka. Hal ini juga mencakup penganut Wiccan dan lainnya yang mungkin memakai tato atau tindikan untuk alasan religius.

Letnan Komandan Nate Christensen, seorang juru bicara Pentagon, mengatakan untuk pertama kalinya kebijakan Departemen Pertahanan mendorong penerimaan dalam militer terhadap janggut, rambut panjang dan atribut pakaian yang dipakai karena alasan agama, sepanjang tidak mempengaruhi sikap dan disiplin mereka.

Seorang tentara yang ingin menumbuhkan janggut atau atribut pakaian tersebut harus meminta izin atau akomodasi dari militer. Pentagon sebelumnya hanya memberikan sedikit akomodasi untuk kebijakan seragam untuk mengizinkan umat Sikh memakai sorban.

Kelompok-kelompok advokasi khawatir kebijakan yang diperbarui ini tidak berbuat banyak dalam melindungi penganut Sikh dan lainnya dari kehendak para komandan mereka.

Amardeep Singh, seorang juru bicara bagi Koalisi Sikh, mengatakan untuk pertama kalinya Pentagon mengindikasikan kemauannya mengakomodasi rambut yang dipanjangkan dengan alasan agama.

Melihat akomodasi agama ini harus disetujui setiap kali tentara bergati penugasan, Singh mengatakan, "Mengecewakan karena halangan bagi keyakinan Sikh masih ada.

"Jadi seorang Sikh tidak dapat begitu saja terdaftar dalam militer AS dan tidak usah memilih antara keyakinan mereka atau pelayanan pada negara," ujarnya.

Kopral Angkatan Darat Simranpreet Lamba, salah satu dari tiga orang penganut Sikh yang menerima izin untuk memanjangkan rambut dan memakai sorban, mengatakan kebijakan yang baru itu merupakan langkah kecil ke arah yang benar.

"Saya sangat menghargai bahwa Angkatan Darat telah melihat isu ini dan mencoba menambahkan sesuatu. Tapi pada saat yang sama hal ini tidak memberikan akomodasi bagi semua Sikh yang ingin bergabung," ujarnya.

Lamba mengatakan ia memerlukan waktu sembilan bulan untuk menerima izin memanjangkan rambut, janggut dan memakai sorban dan ia tidak pernah mendapat masalah dengan akomodasi tersebut dalam masa dinasnya yang mencapai 3,5 tahun.

Ia mengatakan bahwa ia memakai sorban tipis seperti bandana saat memakai helm, dan bisa memakai masker gas dengan efektif meski berjanggut, kekhawatiran umum bagi pria berjanggut dalam militer.

Ibrahim Hooper, seorang juru bicara untuk Dewan Hubungan Amerika-Islam, mengatakan menyambut baik akomodasi agama yang lebih luas dalam militer AS.

"Saya harus lihat bagaimana praktiknya. Hal ini tergantung pada komandan dan dilihat dari pengalaman sebelumnya menjadi problematik -- beberapa diizinkan, yang lain tidak," ujarnya. (Reuters)
XS
SM
MD
LG