Tautan-tautan Akses

Tempat-tempat Penampungan Penuh sementara Merapi Terus Meletus


Seorang tenga medis Kopassus sedang memeriksa Ibu dan seorang anaknya yang sedang sakit di salah satu tempat penampungan korban Merapi.
Seorang tenga medis Kopassus sedang memeriksa Ibu dan seorang anaknya yang sedang sakit di salah satu tempat penampungan korban Merapi.

Gunung Merapi menyemburkan debu dan gas panas selama beberapa jam Kamis pagi, setelah letusan besar sehari sebelumnya.

Tempat-tempat penampungan darurat dekat Gunung Merapi di Indonesia semakin penuh setelah dua hari letusan paling kuat terjadi.

Gunung Merapi menyemburkan debu dan gas panas selama beberapa jam Kamis pagi, setelah letusan besar sehari sebelumnya. Para pakar mengatakan mereka tidak bisa memprediksi kapan aktivitas akan berakhir di gunung itu, yang telah mengalami lebih dari 12 kali letusan besar dalam tujuh hari terakhir ini.

Para pejabat mengatakan mereka sedang berjuang untuk memenuhi kebutuhan di kamp-kamp darurat, yang saat ini menampung kira-kira 90.000 orang.

Petugas keamanan memaksa penduduk desa untuk menaiki truk-truk untuk memindahkan mereka dari daerah lereng gunung itu, di mana saksi mata melaporkan telah melihat pohon-pohon dan bangkai-bangkai hewan yang hangus terbakar. Paling sedikit 44 orang telah tewas sejak Merapi meletus mulai tanggal 26 Oktober.

Letusan Merapi hari Rabu malam terlihat dari Desa Sidorejo Jawa Tengah, 3 November 2010.
Letusan Merapi hari Rabu malam terlihat dari Desa Sidorejo Jawa Tengah, 3 November 2010.

Pada letusan yang berlangsung hingga Rabu tengah malam, diperkirakan jarak luncuran awan panas lebih dari 10 kilometer sehingga diputuskan untuk memperluas daerah rawan bahaya radius 15 kilometer, naik dari sebelumnya 10 kilometer.

Masyarakat juga diimbau agar tidak melakukan aktivitas di sekitar sungai yang berhulu di Merapi karena hujan lebat yang turun hari Rabu telah mengakibatkan muntahan bahan vulkanik berubah menjadi lahar dingin yang berpotensi merusak instalasi air bersih untuk sejumlah wilayah di Yogyakarta.

Kepala Badan Geologi Nasional Sukhyar menjelaskan kepada VOA, karena berikutnya awan panas keluar secara beruntun selama 2 jam lebih, maka petugas pengamatan di sejumlah pos ditarik untuk menghindari bahaya yang lebih besar.

Sukhyar mengatakan, ”Dengan volume yang besar material di kali, terutama kali Gendol, kemudian (kali) Kuning terus ke Woro sedikit, akan menjadi potensi lahar yang luar biasa itu untuk beberapa bulan ini kalau hujan besar akan menggiring turun minimal 12 kilometer”.

Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X, merespon Merapi yang letusannya berkembang menjadi besar, langsung menuju ke kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunung-apian, BPPTK Yogyakarta, guna mengikuti perkembangan terkini letusan Merapi. Rabu malam disepakati para pengungsi tetap berada di barak pengungsian yang sama. Keputusan untuk memindah ke wilayah yang lebih jauh dari puncak Merapi, baru akan dilakukan setelah mengetahui analisis yang dilakukan BPPTK.

Sultan mengatakan, ”Malam ini tidak akan ada perubahan posisi (pengungsi). Saya menunggu analisa lebih jauh dari sini (BPPTK) apa yang harus kami lakukan. Tadi kita kan sudah sepakat malam ini tidak ada perubahan posisi. Baru nanti dari hasil analisa disini, baru dilakukan evakuasi”.

Hujan abu vulkanik halus yang diakibatkan oleh letusan Merapi telah menyebabkan sebagian pengungsi mengalami gangguan kesehatan berupa sesak nafas dan iritasi mata.

XS
SM
MD
LG