Tautan-tautan Akses

Tantangan Mengajarkan Puasa kepada Anak-Anak di AS


Memperkenalkan puasa Ramadhan pada anak-anak dibutuhkan kesabaran dan ketekunan.
Memperkenalkan puasa Ramadhan pada anak-anak dibutuhkan kesabaran dan ketekunan.

Berbagai cara dilakukan sejumlah orang tua untuk mengajarkan tentang puasa Ramadhan ketika tinggal di Amerika.

Mengajak anak berpuasa tidak selalu mudah. Apalagi untuk keluarga yang tinggal di negara yang mayoritas orang di sekitarnya tidak berpuasa bahkan tidak mengenal puasa, seperti di Amerika.

Dalam ceramahnya menjelang bulan puasa di aula kedutaan besar Indonesia di Washington, imam masjid Al Hikmah New York Shamsi Ali berpesan kepada orangtua agar sabar dalam mengajak anak berpuasa. Ustadz dengan lima anak yang masih kecil-kecil ini mengingatkan, perlu waktu untuk meyakinkan anak-anak mengenal makna puasa.

Mohammad Joban, imam masjid An Nur di Seattle dan imam komisi fatwa di negara bagian Washington, menyampaikan hal serupa. Bapak tiga anak ini tertantang mengajak anak-anaknya berpuasa.

Sabar, menurut Shamsi Ali maupun Mohammad Joban, merupakan kunci bagi orangtua untuk terus menyampaikan ajaran Islam, termasuk puasa Ramadhan. Sambil menjelaskan tentang puasa, keduanya mengatakan setiap pagi mereka tanpa emosi membangunkan anak-anak untuk sahur. Anak-anak mereka, walau masih kecil, tidak kesulitan berpuasa.

Masjid Al-Hikmah, salah satu masjid komunitas Indonesia berada di kota New York.
Masjid Al-Hikmah, salah satu masjid komunitas Indonesia berada di kota New York.

Bagi Siti Mardiana, yang biasa dipanggil Mamiek, ibu tiga anak, yang tinggal di Jonesboro, negara bagian Arkansas, berpendapat bahwa sabar saja tidak cukup. Bujukan agar anaknya berpuasa perlu disertai kerelaan memberi uang. Anak pertamanya, Jasmine, meminta lima dolar per hari.

Tapi, uang tidak menarik minat dua anaknya yang lain. Bujukan lain juga tidak mempan. Tetap saja mereka hanya berpuasa setengah hari. Setelah itu merengek minta makan. Bagaimana resep Mamiek agar anak-anaknya tetap berpuasa?

“Saya alihkan saja (perhatian mereka), saya beri kegiatan. Mulai yang sederhana, seperti ayo deh nonton TV aja, atau misalnya saya minta ngerjain craft. Karena saya ingat waktu kecil kalau ingin menghabiskan waktu dengan bikin craft, atau baca buku agar bisa membuat mereka lupa. Nah kalau sudah lemes-lemesnya (menahan lapar) karena sudah dekat buka, saya suruh mereka tidur. Alhamdulillah sejauh ini menolong.” demikian menurut Mamiek.

Membangunkan sahur juga perjuangan berat bagi Mamiek. Ia sampai harus membawakan makanan ke tempat tidur agar anaknya mau makan.

"(Tantangannya) bagaimana mensugesti anak merasakan nikmatnya lapar. Lapar itu nikmat lho, itu yang bagi mereka aneh. Tapi lama-lama mereka jadi curious untuk mencoba gitu."

Keluarga Indonesia lainnya yang hidup di AS, ada juga yang tidak kesulitan mengajak anak-anaknya untuk berpuasa. Seperti halnya Ibu Sri Mulyani yang tinggal di San Diego, negara bagian Kalifornia. Ibu dengan empat anak ini tidak kesulitan mengajarkan puasa, karena anak-anaknya ia masukkan pada sekolah Islam, sehingga mereka sudah mengenal puasa (sejak kecil).

XS
SM
MD
LG